Jumat, 19 Agustus 2011

Keajaiban Al-Qur’an – Harun Yahya

Keajaiban Al-Qur’an – Harun Yahya

Keajaiban Al-Qur’anGaya penyampaian yang belum ada sebelumnya dan kearifan unggul yang merupakan ciri melekat Al Qur’an adalah bukti meyakinkan yang menegaskan bahwa Al Qur’an adalah Kalam Allah. Selain itu, terdapat sejumlah keajaiban yang membuktikan tabiat Ilahiyahnya, salah satunya adalah, 1.400 tahun silam, Al Qur’an menyatakan sejumlah fakta-fakta ilmiah yang hanya dapat dibuktikan kebenarannya di jaman modern, berkat terobosan teknologi abad ke-20. Dalam buku ini, selain keajaiban-keajaiban ilmiah Al Qur’an, akan Anda dapatkan pula pengetahuan tentang sejarah dan matematika.

garis-edar
Salah Satu Contoh Keajaiban Al-Qur’an yang bisa anda baca di buku ini adalah tentang Garis Edar:
Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur’an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.
Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (Al Qur’an, 21:33)

Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu:
Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Al Qur’an, 36:38)

Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al Qur’an ini telah ditemukan melalui pengamatan astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana.

Akses Buku Keajaiban Al-Qur’an.

Kesempurnaan Penciptaan Atom – Harun Yahya

Kesempurnaan Penciptaan Atom – Harun Yahya

Kesempurnaan Penciptaan AtomWalaupun yang dibahas adalah subjek ilmiah, tujuan buku “Kesempurnaan Penciptaan Atom” ini berbeda dengan tujuan buku-buku ilmiah pada umumnya. Buku ini membahas atom khusus sebagai bahan pembangun benda-benda, baik hidup maupun mati, dengan pertanyaan “apa?”, “bagaimana?”, “dengan cara apa?”, yang pada akhirnya membuka pintu jawaban untuk pertanyaan “mengapa?”.



Mengapa?
Setelah jawabannya ditemukan, pertanyaan ini adalah kunci menuju gerbang yang mengantarkan seseorang ke dunia baru yang sama sekali berbeda. Pada saat yang sama, pertanyaan ini merupakan garis tipis pemisah antara orang yang tahu dan mereka yang tidak tahu.


Di dunia tempat kita hidup, manusia terus-menerus mencari jawaban akan pertanyaan seperti, “apa?”, “bagaimana?” dan “dengan cara apa?”, dan hanya dapat membuat kemajuan kecil dalam menjawabnya. Tidak mungkin seseorang menemukan kebenaran kecuali dia bertanya kepada dirinya, “mengapa?” mengenai keteraturan dan keseimbangan luar biasa di mana dia merupakan bagian di dalamnya.

Dalam buku ini, kita akan membahas subjek ‘atom’, pembangun dasar setiap benda hidup dan benda mati. Setelah melihat apa yang terjadi dan bagaimana itu terjadi dalam hubungannya dengan atom, kita akan mencari jawaban untuk pertanyaan “mengapa?”. Jawaban pertanyaan ini akan membawa kita pada kebenaran yang kita cari. Kita akan menemukan jawaban itu dalam Al Quran, petunjuk ilahiah yang berisikan penjelasan untuk segala sesuatu.
Kesempurnaan Penciptaan Atom 2
Sejak paro pertama abad ke-19, beratus-ratus ilmuwan bekerja siang dan malam untuk mengungkap rahasia atom. Studi-studi ini, yang mendedah bentuk, gerakan, struktur dan sifat-sifat atom lainnya, telah menghancurkan prinsip fisika klasik bahwa materi adalah suatu entitas tanpa awal dan tanpa akhir, dan meletakkan pondasi untuk fisika modern. Penelitian-penelitian itu juga memunculkan pelbagai pertanyaan baru.

Banyak ahli fisika, yang mencari jawaban untuk semua pertanyaan itu, akhirnya sepakat bahwa terdapat suatu keteraturan sempurna, keseimbangan tepat dan desain terencana dalam atom, seperti semua hal lainnya di alam semesta ini.

Kebenaran ini diungkapkan dalam Al Quran yang diturunkan Allah empat belas abad yang lalu. Seperti yang telah dijelaskan dalam Kitab Suci bahwa seluruh jagat raya berjalan dengan keteraturan yang sempurna karena bumi, langit, dan semua yang berada di antaranya diciptakan Allah, yang memiliki kekuasaan dan ilmu yang tak terbatas.

Tentu saja tidak aneh bahwa semua yang diciptakan Allah memiliki kesempurnaan luar biasa dan berjalan dengan ketertiban tanpa cacat. Yang mengejutkan justru ketidakpekaan manusia yang tiada akhir terhadap begitu banyak keajaiban yang dia temui, lihat, dengar, dan tahu — termasuk tubuhnya sendiri — dan ketidakpeduliannya pada alasan “mengapa” detail yang luar biasa ini ditunjukkan kepadanya.

Walaupun yang dibahas adalah subjek ilmiah, tujuan buku “Kesempurnaan Penciptaan Atom” ini berbeda dengan tujuan buku-buku ilmiah pada umumnya. Buku ini membahas atom khusus sebagai bahan pembangun benda-benda, baik hidup maupun mati, dengan pertanyaan “apa?“, “bagaimana?”, “dengan cara apa?”, yang pada akhirnya membuka pintu jawaban untuk pertanyaan “mengapa?”. Setelah pintu ini terlewati, keunggulan ilmu pengetahuan Allah, dan ciptaan-Nya akan terungkap agar semua makhluk dapat melihatnya:

“Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya.” ( QS. Al Baqarah, 2: 255)

Download Buku Kesempurnaan Penciptaan Atom.

Jejak Bangsa-Bangsa Terdahulu – Harun Yahya

Jejak Bangsa-Bangsa Terdahulu – Harun Yahya

Jejak Bangsa-Bangsa TerdahuluDi dalam buku ini, kehidupan dan akhir dari kaum-kaum yang durhaka kepada Allah ditampilkan dengan berbagai bukti peninggalan yang ada pada kita. Hanya orang-orang yang mau berpikir saja yang dapat mengambil pelajaran dari mereka.
“Itu adalah sebagian dari berita-berita negeri (yang telah dibinasakan) yang Kami ceritakan kepadamu (Muhammad); di antara negeri-negeri itu ada yang masih kedapatan bekas-bekasnya dan ada (pula) yang telah musnah.
Dan Kami tidaklah menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri, karena itu tiadalah bermanfaat sedikit pun, kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu azab Tuhanmu datang. Dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali kebinasaan belaka.” (QS. Huud, 11: 100-101) !


Allah menciptakan manusia dan memberinya bentuk fisik dan spiritual, membiarkannya menjalani kehidupan, dan akhirnya menunjukkan keberadaan-Nya dengan memberi manusia itu kematian. Allah menciptakan manusia, dan berdasarkan ayat berikut: “Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan)?” (QS. Al Mulk, 67: 14), Ialah satu-satunya yang mengetahui dan mengenal manusia, yang mengajarinya dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Oleh karena itu, satu-satunya tujuan nyata seseorang dalam hidupnya adalah untuk meninggikan Allah, memohon, dan mengabdi kepada-Nya. Karena itu juga, ajaran suci dan wahyu Allah yang disampaikan kepada manusia melalui para nabi-Nya adalah satu-satunya petunjuk bagi manusia.

Al Quran adalah kitabullah terakhir dan merupakan wahyu-Nya yang terpelihara. Maka kita wajib menerima Al Quran sebagai petunjuk yang sebenarnya, dan mencermati semua keputusannya. Inilah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan manusia baik di dunia maupun di alam nanti.

Namun demikian, kita perlu menelaah dengan saksama serta penuh perhatian apa yang diceritakan Al Quran kepada kita, dan merenung-kannya. Di dalam Al Quran, Allah menyatakan bahwa tujuan utama diwahyukannya Al Quran tidak lain untuk menyuruh manusia berpikir:

“(Al Quran) ini adalah penjelasan yang cukup bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan dia, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.” (QS. Ibrahim, 12: 52) !

Berita-berita tentang kaum terdahulu yang merupakan bagian penting dalam Al Quran, jelas-jelas merupakan hal yang patut kita re-nungkan. Sebagian besar dari kaum ini mengingkari, bahkan me-musuhi para nabi yang diutus kepada mereka. Kelancangan mereka mengundang kemurkaan Allah, dan mereka pun disapu bersih dari muka bumi.

Al Quran menjelaskan bahwa peristiwa-peristiwa penghancuran ini hendaknya menjadi peringatan bagi generasi berikutnya. Sebagai contoh, langsung setelah penggambaran dari hukuman atas sekelompok orang Yahudi yang menentang Allah, disebutkan dalam Al Quran:

“Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Baqarah, 2: 66) !
Dalam buku ini, kita akan menelaah masyarakat-masyarakat masa lampau yang telah dihancurkan karena penentangan mereka terhadap Allah. Tujuan kita adalah untuk menyoroti semua peristiwa ini, yang masing-masingnya merupakan “contoh bagi mereka di masa itu”, sehingga mereka dapat menjadi sebuah “peringatan”.

Alasan kedua kita mempelajari penghancuran ini adalah untuk menunjukkan bahwa apa yang diungkapkan Al Quran benar-benar terjadi di dunia dan membuktikan keotentikan cerita-cerita dalam Al Quran. Di dalam Al Quran, Allah menjamin bahwa ayat-ayat-Nya dapat diamati pada konteks dunia luar.
“Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihat-kan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya.” (QS. An-Naml, 27: 93) !

Mengetahui serta mengenali itu semua merupakan salah satu jalan utama yang membimbing kepada keimanan.
Hampir semua peristiwa penghancuran yang diceritakan dalam Al Quran “dapat diamati” dan “dapat dikenali” berkat berbagai penelitian yang dilakukan akhir-akhir ini terhadap arsip serta temuan-temuan arkeologis. Dalam penelitian ini kita akan berhubungan dengan jejak-jejak dari beberapa peristiwa penghancuran yang disebutkan dalam Al Quran. (Haruslah dicatat bahwa kaum-kaum yang diceritakan dalam Al Quran belum seluruhnya tercakup dalam buku ini, karena dalam Al Quran sebagiannya tidak dinyatakan dengan waktu dan tempat yang terperinci, hanya disebutkan perilaku penentangan serta kejahatan mereka terhadap Allah dan para nabi-Nya, serta bencana yang menimpa mereka sebagai akibatnya. Dengan demikian, manusia diseru untuk mengambil peringatan dari mereka).

Tujuan utama kita adalah menyoroti berbagai kenyataan dalam Al Quran melalui berbagai penemuan saat ini, sehingga menunjukkan kebenaran agama Allah kepada semua orang, baik beriman maupun tidak.

Download Buku Jejak Bangsa-Bangsa Terdahulu.

Rahasia Yang Maha Indah: Belajar Hidup Berkah dari Kekasih Allah

Rahasia Yang Maha Indah: Belajar Hidup Berkah dari Kekasih Allah

Rahasia Yang Maha Indah karya Ibn Athaillah al-SakandariGaya bahasa buku ini terasa sangat indah dan materinya teramat berharga—memancarkan sisi ruhani yang menjadi ciri khas tulisan para wali Allah. Dengan melihat para wali Allah, kita akan teringat kepada Allah. Dengan membaca karya-karya mereka, kita akan dituntun dan dibimbing menuju Allah.”
Dr. Abdul Halim Mahmud, Guru Besar Universitas al-Azhar, Kairo

Perjumpaan dengan Yang Mahalembut, Yang Mahakuasa, dan Yang Mahakasih acap kali memahatkan jejak yang teramat indah dan mulia pada hati setiap hamba. Kerap kali mereka tak bisa mengungkapkan pengalaman batin mereka dengan kata-kata. Apa yang terucap tak selamanya menggambarkan yang teralami. Syair, hikayat, dan munajat sering mereka jadikan sarana untuk mengungkapkan apa yang dirasa. Karena itulah keindahan dan kehalusan senantiasa mewarnai karya-karya para wali.

Rahasia Yang Maha Indah karya Ibn Athaillah al-Sakandari
Keindahan dan keluwesan itulah yang kita rasakan ketika membaca karya-karya Ibn Athaillah, termasuk Lathaiif al-Minan yang ada di tangan pembaca. Rahasia yang mahaindah dan misteri yang mahacantik tak bisa diungkapkan kata-kata. Namun, dengan tulus hati, Ibn Athaillah memberi kita kunci untuk membuka pintu-pintu khazanah yang selama ini hanya misteri. Dengan gaya tutur yang menawan, ia mengajak kita menapaki Jalan Ilahi. Ia menuntun kita menghindari jurang dan palung kesesatan. Kedalaman makna Alquran dan hadis yang mulia disajikan dengan cara yang paling memesona. Jika Muhammad Abduh bilang bahwa al-Hikam “nyaris seperti Al-Quran”, Abdul Halim Mahmud menyebut Lathaiif al-Minan adalah mutiara yang terpendam di kedalaman samudra.

Buku ini penuh berkah, karena menceritakan dua sosok agung yang telah mencapai puncak ketinggian ruhani: Abu al-Hasan al-Syadzili r.a. dan Abu al-Abbas al-Mursi r.a. Buku ini pun teramat berharga karena setiap pembaca akan mendapatkan pengetahuan yang bermanfaat. Ibnu Athaillah tak melewatkan penjelasan tentang berbagai persoalan yang selama ini pelik dan sulit dipahami serta hal-hal istimewa lainnya.
Dalam buku ini, Syaikh ibn Athaillah menceritakan hubungannya dengan Abu al Abbas al Mursi. Hubungan keduanya sangat dekat, sehingga dapat tergambar dari mimpi seorang alim yang diriwayatkan Ibn Athaillah dari seorang sahabatnya.

Seorang alim dan saleh bermimpi seolah-olah ia sedang berkumpul bersama beberapa orang di sebuah pekuburan kecil. Pandangan mereka tertuju ke langit. Salah seorang dari mereka berkata, “Syekh Abu Al Hasan Al Syadzili turun dari langit dan Syekh Abu Al Abbas menunggu bersiap-siap menyambutnya.” Orang alim itu kemudian berkata, “Aku melihat Syekh Abu Al Hasan turun dari langit berpakaian putih-putih. Ketika Syekh Abu Al Abbas melihatnya, ia berdiri tegak dan bersiap menyambutnya. Syekh Abu Al Hasan kemudian tutun kepadanya dan masuk melalui ubun-ubun Syekh Abu Al Abbas, dan kemudian menghilang di dalamnya. Saat itulah aku bangun.
Dikemudian hari ditemukan bahwa Abu Al Hasan dan Abu Al Abbas memiliki kesamaan pemikiran.
Daftar Isi:
1. Memahami wali dan kewalian
2. Tentang Syekh Abu al Hasan Al Syadzili serta kesaksian para ulama dan tokoh semasanya
3. Kesaksian Syekh Abu Al Hasan dan para wali lain tentang keistimewaan Abu al-Abbas
4. Pengalaman, kedudukan dan penyingkapan syekh Abu al Abbas
5. Berbagai karakter dan keistimewaan Abu al Abbas al Mursi
6. Tafsir ayat-ayat Al Quran menurut Syekh Abu al Abbas
7. Rahasia hadist-hadist nabi
8. Penjelasan syekh Abu al Abbas tentang ucapan ahli hakikat yang sulit dipahami
9. Penjelasan syekh Abu al Abbas tentang hakikat, maqamat dan berbagai persoalan pelik lainnya
10. Zikir, doa dan hizib Syekh Abu al Abbas dan Syekh Abu Al Hasan
Komentar Atas Buku “Rahasia Yang Maha Indah: Belajar Hidup Berkah dari Kekasih Allah”
Gaya bahasa buku ini terasa sangat indah dan materinya teramat berharga—memancarkan sisi ruhani yang menjadi ciri khas tulisan para wali Allah. Dengan melihat para wali Allah, kita akan teringat kepada Allah. Dengan membaca karya-karya mereka, kita akan dituntun dan dibimbing menuju Allah.”
Dr. Abdul Halim Mahmud, Guru Besar Universitas al-Azhar, Kairo
Malamku di wajahmu bersinar terang. Sedang kegelapannya mengitari manusia. Mereka semua diliputi kegelapan. Sementara kita bersama di terang cahaya. Demi Allah, istikamahlah! Jika istikamah, kau akan menjadi mufti dalam dua mazhab: ilmu lahir dan ilmu batin.”
(Ungkapan Syekh Abu al-Abbas kepada Ibn Athaillah)
Keterangan Rinci:
Judul: Rahasia Yang Maha Indah: Belajar Hidup Berkah dari Kekasih Allah
Judul Asli: Latha’if al-Minan
Penerbit: Serambi
Tahun: 2008
Tebal : 410 halaman
Pranala:

Shalat Khusyu’ itu Mudah oleh Mardibros

Shalat Khusyu’ itu Mudah oleh Mardibros

Shalat Khusyu' itu Mudah oleh MardibrosSaya sangat appreciate, atas diterbitkannya buku saudara Mardibros. Karena untuk menjalankan shalat yang khusyu’, tidak harus menjadi ahli dalam bidang agama yang luas. Sebagaimana orang yang hendak menunaikan ibadah zakat , haji ataupun berpuasa… “, Abu Sangkan


Kata Pengantar Abu Sangkan
 Sekilas saya rasakan, buku ini seolah mengajak dan menuntun untuk merasakan, bukan memikirkan!! Ketika rukuk dan sujud, terasa sekali ketenangan ruas-ruas tulang dan otot menjadi rileks. Ketika mengucapkan tasbih dengan penghayatan dan seolah memberikan pujian dihadapan Allah dengan sesungguhnya. Terasa sekali desiran hati akan sentuhan kalimat tayyibah menyusup dengan jelas. Sungguh sajian yang menarik untuk dimiliki dan dirasakan secara langsung.
Shalat Khusyu' itu Mudah oleh Mardibros
Kalau masih mempunyai hobbi berdebat lalu mencari kesalahan dan mencari pembenaran atas aliran-aliran fikih dalam Islam, disarankan jangan baca buku ini. Karena saya pikir, khusyu’ itu tidak hanya dimiliki oleh satu aliran fikih saja. Akan tetapi, bisa dirasakan oleh siapa saja yang meyakini akan pertemuannya dengan Allah dikala berdiri shalat. Apapun jalan syariatnya, yang penting sesuai dengan nash yang sudah disepakati oleh jumhur ulama salaf maupun khalaf dan semuanya mengacu kepada hadist Nabi: “Shallu kama raitumuuni ushalli” (Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat..)

Saya sangat appreciate, atas diterbitkannya buku saudara Mardibros. Karena untuk menjalankan shalat yang khusyu’, tidak harus menjadi ahli dalam bidang agama yang luas. Sebagaimana orang yang hendak menunaikan ibadah zakat , haji ataupun berpuasa. Ilmu yang diperlukan hanya sekitar hukum-hukum fikih, zakat, haji dan puasa. Disamping itu, hanya diperlukan sebuah keyakinan adanya Allah yang sangat dekat. Kalau keyakinan itu ada, tidaklah mungkin orang yang meyakini adanya Allah yang Maha Melihat, lalu shalatnya terburu-buru. Kalau dia meyakini bahwa Allah Maha Mengetahui gerak-gerik hati setiap hamba-Nya, tidak mungkin shalatnya tidak serius.

Masihkah masalah shalat khusyu’ menjadi persoalan yang harus diperdebatkan dan diberikan alasan bermacam-macam. Hanya gara-gara tidak serius atas seluruh ibadahnya, lalu mengatakan shalat khusyu’ itu tidak ada bahkan mengatakan tidak mungkin.

Padahal dengan tegas, Al Qur’an mengatakan :
Qad aflahal mu’minuun, alladziina hum fii shalaatihim khasyi’uun.
Sungguh beruntung orang-orang beriman, yang di dalam shalatnya dilakukan dengan rasa khusyu’. (QS Al Mukminun [23]:1-2).
Sebaliknya Al Qur’an juga mengatakan bahwa ada shalat yang dilakukan oleh orang-orang munafik.
Innal munaafiqiiina yukhadi’uunallaaha wa huwa khaadi’uhum, idzaa qaamuu ilash shalaati qaamuu kusaalaa yuraauunan naasa wa la yadzkuruunallaaha illaa qaliilaa.
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah juga akan membalas atas tipuannya tersebut. Mereka itu apabila melaksanakan shalat dilakukan dengan perasaan malas, dan mereka tidak serius didalam mengingat Allah kecuali hanya sedikit saja. (QS An Nisaa’ [4]:142)
Singkatnya, shalat itu ada dua jenis yang tercantum dalam Al Qur’an, yaitu shalatnya orang mukmin dan shalatnya orang-orang munafik. Tinggal kita menilai, jenis shalat yang mana yang biasa kita lakukan.
Abu Sangkan
Pranala:

Rahasia Di Balik Penggalian Al-Aqsha oleh Abu Aiman

Rahasia Di Balik Penggalian Al-Aqsha oleh Abu Aiman

Rahasia Di Balik Penggalian Al-Aqsha oleh Abu AimanAda “rahasia besar” di balik penggalian Masjid al-Aqsha oleh Yahudi. Rahasia ini menyimpan sejumlah informasi spektakuler sejak beratus-ratus tahun lalu dan hingga kini belum terungkap.

Rahasia Di Balik Penggalian Al-Aqsha oleh Abu AimanTABUT adalah salah satu rahasia yang terbesar. Benda keramat yang diyakini sebagai mukjizat Nabi Musa (as) ini, telah hilang. Bangsa Yahudi meyakini benda itu kini bersemayam di salah satu lokasi suci Masjid al-Aqsha. Menurut mereka, kedatangan sang Juru Selamat hanya tinggal menunggu waktu dan akan gagal sama sekali jika mereka tak berhasil mendapatkan benda yang juga mereka yakini sebagai simbol kekuasaan di muka bumi.
Di manakah sesungguhnya Tabut keramat itu berada? Apa yang sebenarnya kini sedang berlangsung di sekitar al-Aqsha? Apakah kaitannya dengan masa depan Islam?
Temukan jawabannya di e-book “Rahasia Di Balik Penggalian Al-Aqsha oleh Abu Aiman“.
Pranala:

Nahjul Balaghah

Nahjul Balaghah

Buku Nahj Al-BalaghahNahjul Balaghah adalah sebuah kitab susunan Sayid Syarif Radhi (Ulama terkemuka di bidang Sastra Arab dan Fiqih abad 4-H) yang berisi kumpulan khotbah, surat dan ucapan Ali bin Abi Thalib ra.
Khotbah-khotbah Ali bin Abi Thalib ra. dinilai dan dihormati sedemikian tingginya di dunia Islam, sehingga hanya dalam waktu seabad setelah wafatnya, khotbah-khotbah itu telah diajarkan dan dibacakan sebagai kata terakhir di da­lam Filsafat Tauhid, sebagai ceramah-ceramah bagi pembangunan watak, sebagai sumber inspirasi yang luhur, sebagai khotbah-khotbah meyakinkan ke arah takwa, sebagai mercu penunjuk ke arah kebenaran dan keadilan, sebagai karya pujian yang menakjubkan tentang Nabi Muhammad (saw) dan Al-Quran al-Karim, sebagai pembicaraan yang meyakinkan tentang nilai-nilai spiritual Islam, sebagai diskusi-diskusi yang menakjubkan tentang sifat-sifat Tuhan, sebagai karya utama kesusastraan, dan sebagai model seni retorika dan keterampilan berbahasa.

Buku Nahj Al-BalaghahKitab Nahjul Balaghah memiliki beragam topik penting, meliputi problem-problem besar metafisika, teologi, fiqih, tafsir, hadits, profetologi, imamah, etika, filsafat, sosial, sejarah, politik, administrasi, hak dan kewajiban warga, sains, retorika, puisi, literatur, dll.
Beberapa nasehat indah Ali bin Abi Thalib ra. yang bisa dilihat di dalam kitab ini antara lain:
Dalam masa kekacauan sosial, jadilah seperti unta remaja, yang tak berpunggung cukup kuat untuk ditunggangi dan tidak pula bersusu untuk diperah
Barangsiapa mengambil serakah sebagai kebiasaan, ia menurunkan harga dirinya sendiri; barangsiapa membeberkan kesukaran-kesukarannya, ia menyetujui penghinaan; dan barangsiapa memperkenankan lidahnya menguasai jiwanya, ia mengaibkan jiwanya.”
Kekikiran adalah malu; sifat pengecut adalah cacat; kemiskinan menggagalkan lelaki cerdas membela kasusnya; orang melarat adalah orang asing di kotanya sendiri.”
Ketidakmampuan adalah petaka; kesabaran adalah keberanian; zuhud adalah kekayaan; pengendalian diri adalah perisai (terhadap dosa); dan sahabat terbaik adalah penyerahan (kepada Allah).”
Pengetahuan adalah harta yang patut dimuliakan; perilaku baik adalah busanan baru; dan pikiran adalah cermin yang jernih.”
Pranala: