Jumat, 19 Agustus 2011

Keajaiban Al-Qur’an – Harun Yahya

Keajaiban Al-Qur’an – Harun Yahya

Keajaiban Al-Qur’anGaya penyampaian yang belum ada sebelumnya dan kearifan unggul yang merupakan ciri melekat Al Qur’an adalah bukti meyakinkan yang menegaskan bahwa Al Qur’an adalah Kalam Allah. Selain itu, terdapat sejumlah keajaiban yang membuktikan tabiat Ilahiyahnya, salah satunya adalah, 1.400 tahun silam, Al Qur’an menyatakan sejumlah fakta-fakta ilmiah yang hanya dapat dibuktikan kebenarannya di jaman modern, berkat terobosan teknologi abad ke-20. Dalam buku ini, selain keajaiban-keajaiban ilmiah Al Qur’an, akan Anda dapatkan pula pengetahuan tentang sejarah dan matematika.

garis-edar
Salah Satu Contoh Keajaiban Al-Qur’an yang bisa anda baca di buku ini adalah tentang Garis Edar:
Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur’an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.
Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (Al Qur’an, 21:33)

Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu:
Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Al Qur’an, 36:38)

Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al Qur’an ini telah ditemukan melalui pengamatan astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana.

Akses Buku Keajaiban Al-Qur’an.

Kesempurnaan Penciptaan Atom – Harun Yahya

Kesempurnaan Penciptaan Atom – Harun Yahya

Kesempurnaan Penciptaan AtomWalaupun yang dibahas adalah subjek ilmiah, tujuan buku “Kesempurnaan Penciptaan Atom” ini berbeda dengan tujuan buku-buku ilmiah pada umumnya. Buku ini membahas atom khusus sebagai bahan pembangun benda-benda, baik hidup maupun mati, dengan pertanyaan “apa?”, “bagaimana?”, “dengan cara apa?”, yang pada akhirnya membuka pintu jawaban untuk pertanyaan “mengapa?”.



Mengapa?
Setelah jawabannya ditemukan, pertanyaan ini adalah kunci menuju gerbang yang mengantarkan seseorang ke dunia baru yang sama sekali berbeda. Pada saat yang sama, pertanyaan ini merupakan garis tipis pemisah antara orang yang tahu dan mereka yang tidak tahu.


Di dunia tempat kita hidup, manusia terus-menerus mencari jawaban akan pertanyaan seperti, “apa?”, “bagaimana?” dan “dengan cara apa?”, dan hanya dapat membuat kemajuan kecil dalam menjawabnya. Tidak mungkin seseorang menemukan kebenaran kecuali dia bertanya kepada dirinya, “mengapa?” mengenai keteraturan dan keseimbangan luar biasa di mana dia merupakan bagian di dalamnya.

Dalam buku ini, kita akan membahas subjek ‘atom’, pembangun dasar setiap benda hidup dan benda mati. Setelah melihat apa yang terjadi dan bagaimana itu terjadi dalam hubungannya dengan atom, kita akan mencari jawaban untuk pertanyaan “mengapa?”. Jawaban pertanyaan ini akan membawa kita pada kebenaran yang kita cari. Kita akan menemukan jawaban itu dalam Al Quran, petunjuk ilahiah yang berisikan penjelasan untuk segala sesuatu.
Kesempurnaan Penciptaan Atom 2
Sejak paro pertama abad ke-19, beratus-ratus ilmuwan bekerja siang dan malam untuk mengungkap rahasia atom. Studi-studi ini, yang mendedah bentuk, gerakan, struktur dan sifat-sifat atom lainnya, telah menghancurkan prinsip fisika klasik bahwa materi adalah suatu entitas tanpa awal dan tanpa akhir, dan meletakkan pondasi untuk fisika modern. Penelitian-penelitian itu juga memunculkan pelbagai pertanyaan baru.

Banyak ahli fisika, yang mencari jawaban untuk semua pertanyaan itu, akhirnya sepakat bahwa terdapat suatu keteraturan sempurna, keseimbangan tepat dan desain terencana dalam atom, seperti semua hal lainnya di alam semesta ini.

Kebenaran ini diungkapkan dalam Al Quran yang diturunkan Allah empat belas abad yang lalu. Seperti yang telah dijelaskan dalam Kitab Suci bahwa seluruh jagat raya berjalan dengan keteraturan yang sempurna karena bumi, langit, dan semua yang berada di antaranya diciptakan Allah, yang memiliki kekuasaan dan ilmu yang tak terbatas.

Tentu saja tidak aneh bahwa semua yang diciptakan Allah memiliki kesempurnaan luar biasa dan berjalan dengan ketertiban tanpa cacat. Yang mengejutkan justru ketidakpekaan manusia yang tiada akhir terhadap begitu banyak keajaiban yang dia temui, lihat, dengar, dan tahu — termasuk tubuhnya sendiri — dan ketidakpeduliannya pada alasan “mengapa” detail yang luar biasa ini ditunjukkan kepadanya.

Walaupun yang dibahas adalah subjek ilmiah, tujuan buku “Kesempurnaan Penciptaan Atom” ini berbeda dengan tujuan buku-buku ilmiah pada umumnya. Buku ini membahas atom khusus sebagai bahan pembangun benda-benda, baik hidup maupun mati, dengan pertanyaan “apa?“, “bagaimana?”, “dengan cara apa?”, yang pada akhirnya membuka pintu jawaban untuk pertanyaan “mengapa?”. Setelah pintu ini terlewati, keunggulan ilmu pengetahuan Allah, dan ciptaan-Nya akan terungkap agar semua makhluk dapat melihatnya:

“Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya.” ( QS. Al Baqarah, 2: 255)

Download Buku Kesempurnaan Penciptaan Atom.

Jejak Bangsa-Bangsa Terdahulu – Harun Yahya

Jejak Bangsa-Bangsa Terdahulu – Harun Yahya

Jejak Bangsa-Bangsa TerdahuluDi dalam buku ini, kehidupan dan akhir dari kaum-kaum yang durhaka kepada Allah ditampilkan dengan berbagai bukti peninggalan yang ada pada kita. Hanya orang-orang yang mau berpikir saja yang dapat mengambil pelajaran dari mereka.
“Itu adalah sebagian dari berita-berita negeri (yang telah dibinasakan) yang Kami ceritakan kepadamu (Muhammad); di antara negeri-negeri itu ada yang masih kedapatan bekas-bekasnya dan ada (pula) yang telah musnah.
Dan Kami tidaklah menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri, karena itu tiadalah bermanfaat sedikit pun, kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu azab Tuhanmu datang. Dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali kebinasaan belaka.” (QS. Huud, 11: 100-101) !


Allah menciptakan manusia dan memberinya bentuk fisik dan spiritual, membiarkannya menjalani kehidupan, dan akhirnya menunjukkan keberadaan-Nya dengan memberi manusia itu kematian. Allah menciptakan manusia, dan berdasarkan ayat berikut: “Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan)?” (QS. Al Mulk, 67: 14), Ialah satu-satunya yang mengetahui dan mengenal manusia, yang mengajarinya dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Oleh karena itu, satu-satunya tujuan nyata seseorang dalam hidupnya adalah untuk meninggikan Allah, memohon, dan mengabdi kepada-Nya. Karena itu juga, ajaran suci dan wahyu Allah yang disampaikan kepada manusia melalui para nabi-Nya adalah satu-satunya petunjuk bagi manusia.

Al Quran adalah kitabullah terakhir dan merupakan wahyu-Nya yang terpelihara. Maka kita wajib menerima Al Quran sebagai petunjuk yang sebenarnya, dan mencermati semua keputusannya. Inilah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan manusia baik di dunia maupun di alam nanti.

Namun demikian, kita perlu menelaah dengan saksama serta penuh perhatian apa yang diceritakan Al Quran kepada kita, dan merenung-kannya. Di dalam Al Quran, Allah menyatakan bahwa tujuan utama diwahyukannya Al Quran tidak lain untuk menyuruh manusia berpikir:

“(Al Quran) ini adalah penjelasan yang cukup bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan dia, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.” (QS. Ibrahim, 12: 52) !

Berita-berita tentang kaum terdahulu yang merupakan bagian penting dalam Al Quran, jelas-jelas merupakan hal yang patut kita re-nungkan. Sebagian besar dari kaum ini mengingkari, bahkan me-musuhi para nabi yang diutus kepada mereka. Kelancangan mereka mengundang kemurkaan Allah, dan mereka pun disapu bersih dari muka bumi.

Al Quran menjelaskan bahwa peristiwa-peristiwa penghancuran ini hendaknya menjadi peringatan bagi generasi berikutnya. Sebagai contoh, langsung setelah penggambaran dari hukuman atas sekelompok orang Yahudi yang menentang Allah, disebutkan dalam Al Quran:

“Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Baqarah, 2: 66) !
Dalam buku ini, kita akan menelaah masyarakat-masyarakat masa lampau yang telah dihancurkan karena penentangan mereka terhadap Allah. Tujuan kita adalah untuk menyoroti semua peristiwa ini, yang masing-masingnya merupakan “contoh bagi mereka di masa itu”, sehingga mereka dapat menjadi sebuah “peringatan”.

Alasan kedua kita mempelajari penghancuran ini adalah untuk menunjukkan bahwa apa yang diungkapkan Al Quran benar-benar terjadi di dunia dan membuktikan keotentikan cerita-cerita dalam Al Quran. Di dalam Al Quran, Allah menjamin bahwa ayat-ayat-Nya dapat diamati pada konteks dunia luar.
“Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihat-kan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya.” (QS. An-Naml, 27: 93) !

Mengetahui serta mengenali itu semua merupakan salah satu jalan utama yang membimbing kepada keimanan.
Hampir semua peristiwa penghancuran yang diceritakan dalam Al Quran “dapat diamati” dan “dapat dikenali” berkat berbagai penelitian yang dilakukan akhir-akhir ini terhadap arsip serta temuan-temuan arkeologis. Dalam penelitian ini kita akan berhubungan dengan jejak-jejak dari beberapa peristiwa penghancuran yang disebutkan dalam Al Quran. (Haruslah dicatat bahwa kaum-kaum yang diceritakan dalam Al Quran belum seluruhnya tercakup dalam buku ini, karena dalam Al Quran sebagiannya tidak dinyatakan dengan waktu dan tempat yang terperinci, hanya disebutkan perilaku penentangan serta kejahatan mereka terhadap Allah dan para nabi-Nya, serta bencana yang menimpa mereka sebagai akibatnya. Dengan demikian, manusia diseru untuk mengambil peringatan dari mereka).

Tujuan utama kita adalah menyoroti berbagai kenyataan dalam Al Quran melalui berbagai penemuan saat ini, sehingga menunjukkan kebenaran agama Allah kepada semua orang, baik beriman maupun tidak.

Download Buku Jejak Bangsa-Bangsa Terdahulu.

Rahasia Yang Maha Indah: Belajar Hidup Berkah dari Kekasih Allah

Rahasia Yang Maha Indah: Belajar Hidup Berkah dari Kekasih Allah

Rahasia Yang Maha Indah karya Ibn Athaillah al-SakandariGaya bahasa buku ini terasa sangat indah dan materinya teramat berharga—memancarkan sisi ruhani yang menjadi ciri khas tulisan para wali Allah. Dengan melihat para wali Allah, kita akan teringat kepada Allah. Dengan membaca karya-karya mereka, kita akan dituntun dan dibimbing menuju Allah.”
Dr. Abdul Halim Mahmud, Guru Besar Universitas al-Azhar, Kairo

Perjumpaan dengan Yang Mahalembut, Yang Mahakuasa, dan Yang Mahakasih acap kali memahatkan jejak yang teramat indah dan mulia pada hati setiap hamba. Kerap kali mereka tak bisa mengungkapkan pengalaman batin mereka dengan kata-kata. Apa yang terucap tak selamanya menggambarkan yang teralami. Syair, hikayat, dan munajat sering mereka jadikan sarana untuk mengungkapkan apa yang dirasa. Karena itulah keindahan dan kehalusan senantiasa mewarnai karya-karya para wali.

Rahasia Yang Maha Indah karya Ibn Athaillah al-Sakandari
Keindahan dan keluwesan itulah yang kita rasakan ketika membaca karya-karya Ibn Athaillah, termasuk Lathaiif al-Minan yang ada di tangan pembaca. Rahasia yang mahaindah dan misteri yang mahacantik tak bisa diungkapkan kata-kata. Namun, dengan tulus hati, Ibn Athaillah memberi kita kunci untuk membuka pintu-pintu khazanah yang selama ini hanya misteri. Dengan gaya tutur yang menawan, ia mengajak kita menapaki Jalan Ilahi. Ia menuntun kita menghindari jurang dan palung kesesatan. Kedalaman makna Alquran dan hadis yang mulia disajikan dengan cara yang paling memesona. Jika Muhammad Abduh bilang bahwa al-Hikam “nyaris seperti Al-Quran”, Abdul Halim Mahmud menyebut Lathaiif al-Minan adalah mutiara yang terpendam di kedalaman samudra.

Buku ini penuh berkah, karena menceritakan dua sosok agung yang telah mencapai puncak ketinggian ruhani: Abu al-Hasan al-Syadzili r.a. dan Abu al-Abbas al-Mursi r.a. Buku ini pun teramat berharga karena setiap pembaca akan mendapatkan pengetahuan yang bermanfaat. Ibnu Athaillah tak melewatkan penjelasan tentang berbagai persoalan yang selama ini pelik dan sulit dipahami serta hal-hal istimewa lainnya.
Dalam buku ini, Syaikh ibn Athaillah menceritakan hubungannya dengan Abu al Abbas al Mursi. Hubungan keduanya sangat dekat, sehingga dapat tergambar dari mimpi seorang alim yang diriwayatkan Ibn Athaillah dari seorang sahabatnya.

Seorang alim dan saleh bermimpi seolah-olah ia sedang berkumpul bersama beberapa orang di sebuah pekuburan kecil. Pandangan mereka tertuju ke langit. Salah seorang dari mereka berkata, “Syekh Abu Al Hasan Al Syadzili turun dari langit dan Syekh Abu Al Abbas menunggu bersiap-siap menyambutnya.” Orang alim itu kemudian berkata, “Aku melihat Syekh Abu Al Hasan turun dari langit berpakaian putih-putih. Ketika Syekh Abu Al Abbas melihatnya, ia berdiri tegak dan bersiap menyambutnya. Syekh Abu Al Hasan kemudian tutun kepadanya dan masuk melalui ubun-ubun Syekh Abu Al Abbas, dan kemudian menghilang di dalamnya. Saat itulah aku bangun.
Dikemudian hari ditemukan bahwa Abu Al Hasan dan Abu Al Abbas memiliki kesamaan pemikiran.
Daftar Isi:
1. Memahami wali dan kewalian
2. Tentang Syekh Abu al Hasan Al Syadzili serta kesaksian para ulama dan tokoh semasanya
3. Kesaksian Syekh Abu Al Hasan dan para wali lain tentang keistimewaan Abu al-Abbas
4. Pengalaman, kedudukan dan penyingkapan syekh Abu al Abbas
5. Berbagai karakter dan keistimewaan Abu al Abbas al Mursi
6. Tafsir ayat-ayat Al Quran menurut Syekh Abu al Abbas
7. Rahasia hadist-hadist nabi
8. Penjelasan syekh Abu al Abbas tentang ucapan ahli hakikat yang sulit dipahami
9. Penjelasan syekh Abu al Abbas tentang hakikat, maqamat dan berbagai persoalan pelik lainnya
10. Zikir, doa dan hizib Syekh Abu al Abbas dan Syekh Abu Al Hasan
Komentar Atas Buku “Rahasia Yang Maha Indah: Belajar Hidup Berkah dari Kekasih Allah”
Gaya bahasa buku ini terasa sangat indah dan materinya teramat berharga—memancarkan sisi ruhani yang menjadi ciri khas tulisan para wali Allah. Dengan melihat para wali Allah, kita akan teringat kepada Allah. Dengan membaca karya-karya mereka, kita akan dituntun dan dibimbing menuju Allah.”
Dr. Abdul Halim Mahmud, Guru Besar Universitas al-Azhar, Kairo
Malamku di wajahmu bersinar terang. Sedang kegelapannya mengitari manusia. Mereka semua diliputi kegelapan. Sementara kita bersama di terang cahaya. Demi Allah, istikamahlah! Jika istikamah, kau akan menjadi mufti dalam dua mazhab: ilmu lahir dan ilmu batin.”
(Ungkapan Syekh Abu al-Abbas kepada Ibn Athaillah)
Keterangan Rinci:
Judul: Rahasia Yang Maha Indah: Belajar Hidup Berkah dari Kekasih Allah
Judul Asli: Latha’if al-Minan
Penerbit: Serambi
Tahun: 2008
Tebal : 410 halaman
Pranala:

Shalat Khusyu’ itu Mudah oleh Mardibros

Shalat Khusyu’ itu Mudah oleh Mardibros

Shalat Khusyu' itu Mudah oleh MardibrosSaya sangat appreciate, atas diterbitkannya buku saudara Mardibros. Karena untuk menjalankan shalat yang khusyu’, tidak harus menjadi ahli dalam bidang agama yang luas. Sebagaimana orang yang hendak menunaikan ibadah zakat , haji ataupun berpuasa… “, Abu Sangkan


Kata Pengantar Abu Sangkan
 Sekilas saya rasakan, buku ini seolah mengajak dan menuntun untuk merasakan, bukan memikirkan!! Ketika rukuk dan sujud, terasa sekali ketenangan ruas-ruas tulang dan otot menjadi rileks. Ketika mengucapkan tasbih dengan penghayatan dan seolah memberikan pujian dihadapan Allah dengan sesungguhnya. Terasa sekali desiran hati akan sentuhan kalimat tayyibah menyusup dengan jelas. Sungguh sajian yang menarik untuk dimiliki dan dirasakan secara langsung.
Shalat Khusyu' itu Mudah oleh Mardibros
Kalau masih mempunyai hobbi berdebat lalu mencari kesalahan dan mencari pembenaran atas aliran-aliran fikih dalam Islam, disarankan jangan baca buku ini. Karena saya pikir, khusyu’ itu tidak hanya dimiliki oleh satu aliran fikih saja. Akan tetapi, bisa dirasakan oleh siapa saja yang meyakini akan pertemuannya dengan Allah dikala berdiri shalat. Apapun jalan syariatnya, yang penting sesuai dengan nash yang sudah disepakati oleh jumhur ulama salaf maupun khalaf dan semuanya mengacu kepada hadist Nabi: “Shallu kama raitumuuni ushalli” (Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat..)

Saya sangat appreciate, atas diterbitkannya buku saudara Mardibros. Karena untuk menjalankan shalat yang khusyu’, tidak harus menjadi ahli dalam bidang agama yang luas. Sebagaimana orang yang hendak menunaikan ibadah zakat , haji ataupun berpuasa. Ilmu yang diperlukan hanya sekitar hukum-hukum fikih, zakat, haji dan puasa. Disamping itu, hanya diperlukan sebuah keyakinan adanya Allah yang sangat dekat. Kalau keyakinan itu ada, tidaklah mungkin orang yang meyakini adanya Allah yang Maha Melihat, lalu shalatnya terburu-buru. Kalau dia meyakini bahwa Allah Maha Mengetahui gerak-gerik hati setiap hamba-Nya, tidak mungkin shalatnya tidak serius.

Masihkah masalah shalat khusyu’ menjadi persoalan yang harus diperdebatkan dan diberikan alasan bermacam-macam. Hanya gara-gara tidak serius atas seluruh ibadahnya, lalu mengatakan shalat khusyu’ itu tidak ada bahkan mengatakan tidak mungkin.

Padahal dengan tegas, Al Qur’an mengatakan :
Qad aflahal mu’minuun, alladziina hum fii shalaatihim khasyi’uun.
Sungguh beruntung orang-orang beriman, yang di dalam shalatnya dilakukan dengan rasa khusyu’. (QS Al Mukminun [23]:1-2).
Sebaliknya Al Qur’an juga mengatakan bahwa ada shalat yang dilakukan oleh orang-orang munafik.
Innal munaafiqiiina yukhadi’uunallaaha wa huwa khaadi’uhum, idzaa qaamuu ilash shalaati qaamuu kusaalaa yuraauunan naasa wa la yadzkuruunallaaha illaa qaliilaa.
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah juga akan membalas atas tipuannya tersebut. Mereka itu apabila melaksanakan shalat dilakukan dengan perasaan malas, dan mereka tidak serius didalam mengingat Allah kecuali hanya sedikit saja. (QS An Nisaa’ [4]:142)
Singkatnya, shalat itu ada dua jenis yang tercantum dalam Al Qur’an, yaitu shalatnya orang mukmin dan shalatnya orang-orang munafik. Tinggal kita menilai, jenis shalat yang mana yang biasa kita lakukan.
Abu Sangkan
Pranala:

Rahasia Di Balik Penggalian Al-Aqsha oleh Abu Aiman

Rahasia Di Balik Penggalian Al-Aqsha oleh Abu Aiman

Rahasia Di Balik Penggalian Al-Aqsha oleh Abu AimanAda “rahasia besar” di balik penggalian Masjid al-Aqsha oleh Yahudi. Rahasia ini menyimpan sejumlah informasi spektakuler sejak beratus-ratus tahun lalu dan hingga kini belum terungkap.

Rahasia Di Balik Penggalian Al-Aqsha oleh Abu AimanTABUT adalah salah satu rahasia yang terbesar. Benda keramat yang diyakini sebagai mukjizat Nabi Musa (as) ini, telah hilang. Bangsa Yahudi meyakini benda itu kini bersemayam di salah satu lokasi suci Masjid al-Aqsha. Menurut mereka, kedatangan sang Juru Selamat hanya tinggal menunggu waktu dan akan gagal sama sekali jika mereka tak berhasil mendapatkan benda yang juga mereka yakini sebagai simbol kekuasaan di muka bumi.
Di manakah sesungguhnya Tabut keramat itu berada? Apa yang sebenarnya kini sedang berlangsung di sekitar al-Aqsha? Apakah kaitannya dengan masa depan Islam?
Temukan jawabannya di e-book “Rahasia Di Balik Penggalian Al-Aqsha oleh Abu Aiman“.
Pranala:

Nahjul Balaghah

Nahjul Balaghah

Buku Nahj Al-BalaghahNahjul Balaghah adalah sebuah kitab susunan Sayid Syarif Radhi (Ulama terkemuka di bidang Sastra Arab dan Fiqih abad 4-H) yang berisi kumpulan khotbah, surat dan ucapan Ali bin Abi Thalib ra.
Khotbah-khotbah Ali bin Abi Thalib ra. dinilai dan dihormati sedemikian tingginya di dunia Islam, sehingga hanya dalam waktu seabad setelah wafatnya, khotbah-khotbah itu telah diajarkan dan dibacakan sebagai kata terakhir di da­lam Filsafat Tauhid, sebagai ceramah-ceramah bagi pembangunan watak, sebagai sumber inspirasi yang luhur, sebagai khotbah-khotbah meyakinkan ke arah takwa, sebagai mercu penunjuk ke arah kebenaran dan keadilan, sebagai karya pujian yang menakjubkan tentang Nabi Muhammad (saw) dan Al-Quran al-Karim, sebagai pembicaraan yang meyakinkan tentang nilai-nilai spiritual Islam, sebagai diskusi-diskusi yang menakjubkan tentang sifat-sifat Tuhan, sebagai karya utama kesusastraan, dan sebagai model seni retorika dan keterampilan berbahasa.

Buku Nahj Al-BalaghahKitab Nahjul Balaghah memiliki beragam topik penting, meliputi problem-problem besar metafisika, teologi, fiqih, tafsir, hadits, profetologi, imamah, etika, filsafat, sosial, sejarah, politik, administrasi, hak dan kewajiban warga, sains, retorika, puisi, literatur, dll.
Beberapa nasehat indah Ali bin Abi Thalib ra. yang bisa dilihat di dalam kitab ini antara lain:
Dalam masa kekacauan sosial, jadilah seperti unta remaja, yang tak berpunggung cukup kuat untuk ditunggangi dan tidak pula bersusu untuk diperah
Barangsiapa mengambil serakah sebagai kebiasaan, ia menurunkan harga dirinya sendiri; barangsiapa membeberkan kesukaran-kesukarannya, ia menyetujui penghinaan; dan barangsiapa memperkenankan lidahnya menguasai jiwanya, ia mengaibkan jiwanya.”
Kekikiran adalah malu; sifat pengecut adalah cacat; kemiskinan menggagalkan lelaki cerdas membela kasusnya; orang melarat adalah orang asing di kotanya sendiri.”
Ketidakmampuan adalah petaka; kesabaran adalah keberanian; zuhud adalah kekayaan; pengendalian diri adalah perisai (terhadap dosa); dan sahabat terbaik adalah penyerahan (kepada Allah).”
Pengetahuan adalah harta yang patut dimuliakan; perilaku baik adalah busanan baru; dan pikiran adalah cermin yang jernih.”
Pranala:

Kumpulan Hadits Qudsi

Kumpulan Hadits Qudsi

Dari Ibnu Abbas ra. dari Nabi saw bersabda dalam apa yang diriwayatkan dari Tuhan Yang Maha Mulia dan Maha Besar : “Sesungguhnya Allah mencatat kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan”. Kemudian Beliau menjelaskan hal itu : “Barang siapa yang bermaksud kebaikan namun tidak mengamalkannya maka Allah mencatat di sisiNya sebagai kebaikan yang sempurna untuknya. Jika ia bermaksud baik lalu mengamalkannya maka Allah mencatat di sisiNya sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus lipat sampai banyak. Barang siapa yang bermaksud buruk namun tidak mengamalkannya maka Allah mencatat di sisi-Nya suatu kebaikan yang sempurna. Jika ia bermaksud buruk lalu mengamalkannya maka Allah mencatatnya sebagai satu keburukan”. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).
Download E-Book “Kumpulan Hadits Qudsi“.

853 Nama Bayi Islam

853 Nama Bayi Islam

853 Nama Bayi IslamE-Book “853 Nama Bayi Islam” berisi 853 daftar nama-nama bayi islam plus materi tambahan mengenai tips memilih nama bayi. Diharapkan e-book ini dapat bermanfaat dan dijadikan referensi, terutama bagi para suami yang sedang kebingungan dalam menentukan nama calon sang buah hati yang masih berada dalam kandungan sang istri tercinta.

853 Nama Bayi IslamKeterangan Rinci:
Judul: 853 Nama Bayi Islam
Bahasa: Indonesia
Penulis: -
Jumlah halaman: 31
Format ebook: PDF
Pranala:

Umar Bin Khattab oleh M. Husain Haekal

Umar Bin Khattab oleh M. Husain Haekal

Umar Bin KhattabDalam sejarah Islam, tak ada orang yang begitu sering disebut-sebut namanya — sesudah Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam seperti nama Umar bin Khattab. Nama itu disebut-sebut dengan penuh kagum dan sekaligus rasa hormat bila dihubungkan dengan segala yang diketahui orang tentang sifat-sifatnya dan bawaannya yang begitu agung dan cemerlang. Jika orang berbicara tentang zuhud meninggalkan kesenangan dunia — padahal orang itu mampu hidup senang, maka orang akan teringat pada zuhud Umar.

Umar Bin KhattabApabila orang berbicara tentang keadilan yang murni tanpa cacat, orang akan teringat pada keadilan Umar. Jika berbicara tentang kejujuran, tanpa membeda-bedakan keluarga dekat atau bukan, maka orang akan teringat pada kejujuran Umar, dan jika ada yang berbicara tentang pengetahuan dan hukum agama yang mendalam, orang akan teringat pada Umar. Kita membaca tentang itu semua dalam buku-buku sejarah dan banyak orang yang mengira bahwa hal itu dilebih-lebihkan sehingga hampir tak masuk akal, karena memang lebih menyerupai mukjizat yang biasa dihubungkan kepada para nabi, bukan kepada orang-orang besar yang sekalipun kehebatannya sudah terkenal.

Tentang Pengarang: Muhammad Husain Haekal
SEJAK masa mudanya Haekal tidak pernah berhenti menulis; di samping masalah-masalah politik dan kritik sastra ia juga menulis beberapa biografi. Dari Kleopatra sampai kepada Mustafa Kamil di Timur, dari Shakespeare, Shelley, Anatole France, Taine sampai kepada Jean Jacques Rousseau dengan gaya yang khas dan sudah cukup dikenal. Setelah mencapai lebih setengah abad usianya, perhatiannya dicurahkan kepada masalah-masalah Islam. Ditulisnya bukunya yang kemudian sangat terkenal, Hayat Muhammad (Sejarah Hidup Muhammad) dan “Di Lembah Wahyu”. “Dua buku yang sungguh indah dan baru sekali dalam cara menulis sejarah hidup Muhammad, yang kemudian dilanjutkan dengan studi lain tentang Abu Bakr dan Umar. Suatu contoh bernilai, baik mengenai studinya atau cara penulisannya. Ini merupakan masa transisi dalam hidupnya”, demikian antara lain orang menulis tentang Haekal.

Pada mulanya buku “Sejarah Hidup Muhammad” telah menimbulkan reaksi hebat dan kritik tajam di kalangan bangsa Mesir dan dunia Islam umumnya. Tapi semua itu dihadapinya dengan tenang dan di mana perlu dijawabnya dengan penuh tanggung jawab dan rasional sekali.

Dilahirkan di desa Kafr Ghanam bilangan distrik Sinbillawain di propinsi Daqahlia, di delta Nil, Mesir, 20 Agustus 1888, Muhammad Husain Haekal, setelah selesai belajar mengaji Qur’an di madrasah desanya ia pindah ke Kairo guna memasuki sekolah dasar lalu sekolah menengah sampai tahun 1905. Kemudian meneruskan belajar hukum hingga mencapai lisensi dalam bidang hukum (1909). Selanjutnya ia meneruskan ke Fakultas Hukum di Universite de Paris di Perancis, lalu dilanjutkan pula sampai mencapai tingkat doktoral dalam ekonomi dan politik dan memperoleh Ph. D. dalam tahun 1912 dengan disertai La Dette Publique Egyptienne. Dalam tahun itu juga ia kembali ke Mesir dan bekerja sebagai pengacara di kota Mansura, kemudian di Kairo sampai tahun 1922.

Semasa masih mahasiswa sampai pada waktu menjalankan pekerjaannya sebagai pengacara, ia terus aktif menulis dalam harian-harian Al-Jarida yang dipimpin oleh Ahmad Lutfi as Sayyid, As-Sufur dan Al-Ahram. Umumnya ia menulis dalam masalah-masalah sosial dan politik, di samping juga memberikan kuliah dalam bidang ekonomi dan hukum perdata (1917-22). Tahun itu juga ia dipilih sebagai pemimpin redaksi harian As-Siasa sebagai organ resmi Partai Liberal. Dalam tahun 1926 mendirikan mingguan As-Siasa, yang dalam bidang kulturil besar sekali pengaruhnya ke seluruh negara-negara Arab. Ia aktif dalam bidang jurnalistik sampai tahun 1938.

Karya-karya Haekal menduduki tempat penting dalam perpustakaan-perpustakaan berbahasa Arab. Penulisan novel modern dimulai Haekal. Kemudian ia menulis serangkaian sejarah Islam dan biografi di samping masalah-masalah politik. Buku-bukunya dalam sejarah Islam merupakan sumber penting dalam studi keislaman.

Secara kronologis karya-karya Haekal adalah sebagai berikut: Zainab (novel), 1914, Jean Jacques Rousseau (dua jilid), 1921-23; Fi Auqat’l-Firaqh (“Diwaktu senggang”), 1925; “Asyarata Ayyam fis-Sudan” 1927; Tarajim Mishria wa Gharbia (“Biografi orang orang Mesir dan Barat”), 1929; Waladi (“Anakku”), 1931; Thaurat’l-Adab, 1933 ; Hayat Muhammad (“Sejarah Hidup Muhammad”), 1935; Fi Manzil’l-Wahy (“Di lembah Wahyu”), 1937; Asy-Shiddiq Abu Bakr, 1942; Al Faruq ‘Umar (“‘Umar ibn’l-Khattab”) (dua jilid). 1944-45; Mudhakkirat fis-Siasat’l-Mishria (“Memoir tentang Politik Mesir”) (dua jilid), 1951-53; Hakadha Khuliqat, 1955; Al-Imbraturia al-Islamia wal-Amakin al-Mugaddasa fisy-Syarq’ l-Aushat (“Commonwealth Islam dan tempat-tempat Suci di Timur Tengah”) (kumpulan studi), 1960; Asy-Syarq’ l-Jadid (kumpulan studi), 1963; ‘Uthman bin ‘Affan, 1964; Al-Iman, wal-Ma’rifa wal-Falsafa (“Tentang Iman, Ma’rifat dan Filsafat”) (kumpulan studi), 1965; Qisas Mishria (“Cerpen-cerpen Mesir”), 1969.
Dalam tahun 1943 ia terpilih sebagai ketua Partai Liberal Konstitusi (Liberal Constitutional Party), yang dipegangnya sampai tahun 1952.

Tahun 1938 ia menjabat Menteri Negara, kemudian Menteri Pendidikan, lalu Menteri Sosial. Sesudah itu menjadi Menteri Pendidikan lagi dalam tahun 1940 dan 1944. Pada permulaan tahun 1945 ia terpilih sebagai ketua Majelis Senat sampai tahun 1950.

Berkali-kali Haekal mengetuai delegasi mewakili negaranya di PBB dan dalam konperensi-konperensi internasional, dalam Interparliamentary Union dan secara pribadi terpilih pula sebagai anggota panitia eksekutif lembaga tersebut.
Haekal meninggal pada 8 Desember 1956.

Pranala:
  • Download E-Book “Umar Bin Khattab“.
  • Blog 100 Tokoh Sejarah: Nabi Muhammad, Umar Bin Khattab. Michael Hart menempatkan Nabi Muhammad dalam urutan pertama dari seratus tokoh paling berpengaruh dalam sejarah dan Umar bin Khattab di urutan 51.

Abu Bakar As-Siddiq oleh M. Husain Haekal

Abu Bakar As-Siddiq oleh M. Husain Haekal

abu bakar as siddiqSemua peristiwa sejarah dunia Islam catatannya didasarkan pada hijrah Nabi dari Mekah ke Medinah. Rahasia diambilnya peristiwa besar ini sebagai permulaan sejarah Islam, karena waktu itulah permulaan Allah memberikan kemenangan kepada Rasul-Nya dalam menghadapi mereka yang mcmerangi risalahnya di tanah suci itu. Kemudian mereka melakukan perbuatan-perbuatan makar hendak membunuhnya. Dalam hijrah itu hanya Abu Bakr sendiri saja yang menemani Rasulullah.

abu bakar as siddiqDalam sakitnya yang terakhir dan ketika sudah tidak kuat lagi mengimami salat, Rasulullah meminta Abu Bakr bertindak memimpin salat itu menggantikannya. la tidak ingin tempat ini dipegang oleh Umar bin Khattab. Nabi memilih Abu Bakr dalam hijrah dan salat. Dipilihnya Abu Bakr menemaninya ketika hijrah dan mengimami salat menggantikannya, karena Abu Bakr Muslim pertama yang beriman kepada Allah dan kepada Rasulullah, dan demi imannya itu pula dialah yang paling banyak berkorban.
Sejak masuk Islam besar sekali hasratnya hendak membantu Nabi dalam berdakwah demi agama Allah dan membela kaum Muslimin. la lebih mencintai Rasulullah daripada dirinya sendiri, mendampinginya selalu dalam setiap peristiwa. Di samping itu, di samping iman yang begitu teguh akhlaknya pun sudah mendekati kesempurnaan, cintanya begitu besar kepada orang lain, paling dekat dan akrab kepada mereka.

Tentang Pengarang: Muhammad Husain Haekal
SEJAK masa mudanya Haekal tidak pernah berhenti menulis; di samping masalah-masalah politik dan kritik sastra ia juga menulis beberapa biografi. Dari Kleopatra sampai kepada Mustafa Kamil di Timur, dari Shakespeare, Shelley, Anatole France, Taine sampai kepada Jean Jacques Rousseau dengan gaya yang khas dan sudah cukup dikenal. Setelah mencapai lebih setengah abad usianya, perhatiannya dicurahkan kepada masalah-masalah Islam. Ditulisnya bukunya yang kemudian sangat terkenal, Hayat Muhammad (Sejarah Hidup Muhammad) dan “Di Lembah Wahyu”. “Dua buku yang sungguh indah dan baru sekali dalam cara menulis sejarah hidup Muhammad, yang kemudian dilanjutkan dengan studi lain tentang Abu Bakr dan Umar. Suatu contoh bernilai, baik mengenai studinya atau cara penulisannya. Ini merupakan masa transisi dalam hidupnya”, demikian antara lain orang menulis tentang Haekal.

Pada mulanya buku “Sejarah Hidup Muhammad” telah menimbulkan reaksi hebat dan kritik tajam di kalangan bangsa Mesir dan dunia Islam umumnya. Tapi semua itu dihadapinya dengan tenang dan di mana perlu dijawabnya dengan penuh tanggung jawab dan rasional sekali.

Dilahirkan di desa Kafr Ghanam bilangan distrik Sinbillawain di propinsi Daqahlia, di delta Nil, Mesir, 20 Agustus 1888, Muhammad Husain Haekal, setelah selesai belajar mengaji Qur’an di madrasah desanya ia pindah ke Kairo guna memasuki sekolah dasar lalu sekolah menengah sampai tahun 1905. Kemudian meneruskan belajar hukum hingga mencapai lisensi dalam bidang hukum (1909). Selanjutnya ia meneruskan ke Fakultas Hukum di Universite de Paris di Perancis, lalu dilanjutkan pula sampai mencapai tingkat doktoral dalam ekonomi dan politik dan memperoleh Ph. D. dalam tahun 1912 dengan disertai La Dette Publique Egyptienne. Dalam tahun itu juga ia kembali ke Mesir dan bekerja sebagai pengacara di kota Mansura, kemudian di Kairo sampai tahun 1922.

Semasa masih mahasiswa sampai pada waktu menjalankan pekerjaannya sebagai pengacara, ia terus aktif menulis dalam harian-harian Al-Jarida yang dipimpin oleh Ahmad Lutfi as Sayyid, As-Sufur dan Al-Ahram. Umumnya ia menulis dalam masalah-masalah sosial dan politik, di samping juga memberikan kuliah dalam bidang ekonomi dan hukum perdata (1917-22). Tahun itu juga ia dipilih sebagai pemimpin redaksi harian As-Siasa sebagai organ resmi Partai Liberal. Dalam tahun 1926 mendirikan mingguan As-Siasa, yang dalam bidang kulturil besar sekali pengaruhnya ke seluruh negara-negara Arab. Ia aktif dalam bidang jurnalistik sampai tahun 1938.

Karya-karya Haekal menduduki tempat penting dalam perpustakaan-perpustakaan berbahasa Arab. Penulisan novel modern dimulai Haekal. Kemudian ia menulis serangkaian sejarah Islam dan biografi di samping masalah-masalah politik. Buku-bukunya dalam sejarah Islam merupakan sumber penting dalam studi keislaman.

Secara kronologis karya-karya Haekal adalah sebagai berikut: Zainab (novel), 1914, Jean Jacques Rousseau (dua jilid), 1921-23; Fi Auqat’l-Firaqh (“Diwaktu senggang”), 1925; “Asyarata Ayyam fis-Sudan” 1927; Tarajim Mishria wa Gharbia (“Biografi orang orang Mesir dan Barat”), 1929; Waladi (“Anakku”), 1931; Thaurat’l-Adab, 1933 ; Hayat Muhammad (“Sejarah Hidup Muhammad”), 1935; Fi Manzil’l-Wahy (“Di lembah Wahyu”), 1937; Asy-Shiddiq Abu Bakr, 1942; Al Faruq ‘Umar (“‘Umar ibn’l-Khattab”) (dua jilid). 1944-45; Mudhakkirat fis-Siasat’l-Mishria (“Memoir tentang Politik Mesir”) (dua jilid), 1951-53; Hakadha Khuliqat, 1955; Al-Imbraturia al-Islamia wal-Amakin al-Mugaddasa fisy-Syarq’ l-Aushat (“Commonwealth Islam dan tempat-tempat Suci di Timur Tengah”) (kumpulan studi), 1960; Asy-Syarq’ l-Jadid (kumpulan studi), 1963; ‘Uthman bin ‘Affan, 1964; Al-Iman, wal-Ma’rifa wal-Falsafa (“Tentang Iman, Ma’rifat dan Filsafat”) (kumpulan studi), 1965; Qisas Mishria (“Cerpen-cerpen Mesir”), 1969.

Dalam tahun 1943 ia terpilih sebagai ketua Partai Liberal Konstitusi (Liberal Constitutional Party), yang dipegangnya sampai tahun 1952.
Tahun 1938 ia menjabat Menteri Negara, kemudian Menteri Pendidikan, lalu Menteri Sosial. Sesudah itu menjadi Menteri Pendidikan lagi dalam tahun 1940 dan 1944. Pada permulaan tahun 1945 ia terpilih sebagai ketua Majelis Senat sampai tahun 1950.
Berkali-kali Haekal mengetuai delegasi mewakili negaranya di PBB dan dalam konperensi-konperensi internasional, dalam Interparliamentary Union dan secara pribadi terpilih pula sebagai anggota panitia eksekutif lembaga tersebut.
Haekal meninggal pada 8 Desember 1956.

Pranala:
  • Download E-Book “Abu Bakar As-Siddiq“.
  • Blog 100 Tokoh Sejarah: Nabi Muhammad, Umar Bin Khattab. Michael Hart menempatkan Nabi Muhammad dalam urutan pertama dari seratus tokoh paling berpengaruh dalam sejarah dan Umar bin Khattab di urutan 51

Sejarah Hidup Muhammad

Sejarah Hidup Muhammad

sejarah hidup muhammadDalam buku “Sejarah Hidup Muhammad” ini Dr. Haekal yang merangkaikan berbagai peristiwa dalam hidup Nabi Muhammad SAW dalam komposisi dan gaya yang teratur dan kuat. Diterangkannya alasan-alasan, maksud dan pertimbangannya dengan keterangan yang jelas dan kuat sekali, membuat pembaca merasa puas dan lega, merasa ada gairah dalam membaca, merasa sejuk hatinya karena dapat diyakinkan. Ia akan terpengaruh, akan dipaksanya terus membaca dan takkan melepaskannya sebelum selesai.
Dalam buku ini terdapat beberapa penyelidikan berharga di luar penulisan biografi, tetapi yang ada hubungannya dengan soal itu yang terbawa oleh adanya penguraian lebih luas dalam memberikan keterangan itu.

Kata Pengantar
muhammad sawSEJAK manusia berada di permukaan bumi ini, hasratnya ingin mengetahui segala hukum dan kodrat alam yang terdapat di sekitarnya, besar sekali. Makin dalam ia meneliti, makin tampak kepadanya kebesaran alam itu, melebihi yang semula. Kelemahan dirinya makin tampak pula dan keangkuhannyapun makin berkurang.
Demikianlah, Nabi yang membawa Islam itupun sama pula dengan alam itu. Sejak bumi ini menerima cahaya Nabi, para ulama berusaha mencari segi-segi kemanusiaan yang besar daripadanya, mencari nilai-nilai Asma Allah dalam pemikirannya, dalam akhlaknya, dalam ilmunya. Dan kalaupun mereka mampu mencapai pengetahuan itu seperlunya, namun sampai kini pengetahuan yang sempurna belum juga mereka capai. Perjuangan yang mereka hadapi masih panjang, jaraknya masih jauh, jalannyapun tak berkesudahan.
Kenabian adalah anugerah Tuhan, tak dapat dicapai dengan usaha. Akan tetapi ilmu dan kebijaksanaan Allah yang berlaku, diberikan kepada orang yang bersedia menerimanya, yang sanggup memikul segala bebannya. Allah lebih mengetahui di mana risalah-Nya itu akan ditempatkan. Muhammad s.a.w. sudah disiapkan membawa risalah (misi) itu ke seluruh dunia, bagi si putih dan si hitam, bagi si lemah dan si kuat. Ia disiapkan membawa risalah agama yang sempurna, dan dengan itu menjadi penutup para nabi dan rasul, yang hanya satu-satunya menjadi sinar petunjuk, sekalipun nanti langit akan terbelah, bintang-bintang akan runtuh dan bumi inipun akan berganti dengan bumi dan angkasa lain.
Kesucian para nabi dalam membawa risalah dan meneruskan amanat wahyu itu, adalah masalah yang tak dapat dimasuki oleh kaum cendekiawan. Bagi para nabi, sudah tak ada pilihan lain. Mereka menerima risalah dan amanat, dan itu harus disampaikan, sesudah mereka diberi cap dengan stempel kenabian. Tugas menyampaikan amanat demikian itu sudah menjadi konsekwensi wajar bagi seorang nabi, yang tak dapat dielakkan. Akan tetapi, tidak selamanya wahyu itu menyertai para nabi dalam tiap perbuatan dan kata-kata mereka. Mereka juga tidak bebas dari kesalahan. Bedanya dengan manusia biasa, Allah tidak membiarkan mereka hanyut dalam kesalahan itu sesudah sekali terjadi, dan kadang mereka segera mendapat teguran.
Muhammad s.a.w. telah mendapat perintah Tuhan guna menyampaikan amanat itu, dengan tidak dijelaskan jalan yang harus ditempuhnya, baik dalam cara menyampaikan risalah atau dalam cara, mempertahankannya. Pelaksanaannya diserahkan kepadanya, menurut kemampuan akalnya, pengetahuannya dan kecerdasannya, sebagaimana biasa dilakukan oleh kaum cerdik-pandai lainnya. Kemudian datang wahyu memberikan penjelasan secara tegas tentang segala sesuatu yang mengenai Zat Tuhan, ke-EsaanNya, Sifat-sifatNya serta cara-cara beribadat. Tetapi tidak demikian tata-cara kemasyarakatan, dalam keluarga, tentang desa dan kota, tentang negara, baik yang berdiri sendiri atau yang terikat oleh negara-negara lain.
muhammadDi samping itu masih banyak sekali bidang lain yang harus diselidiki sehubungan dengan kebesaran Nabi s.a.w. sebelum datangnya wahyu. Juga tidak kurang kebesaran itu yang harus diselidiki sesudah datangnya wahyu. Ia menjadi utusan Tuhan dan mengajak orang kepadaNya. Ia melindungi ajakannya (dakwah) itu serta membela kebebasan para penganjurnya. Ia menjadi pemimpin umat Islam, menjadi panglima perangnya; ia menjadi mufti, menjadi hakim dan organisator seluruh jaringan komunikasi dalam hubungan sesamanya dan antar-bangsa. Dalam segala hal ia dapat menegakkan keadilan. Ia mempersatukan bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok itu, sesuai dengan yang dapat diterima akal sehat. Ia telah memperlihatkan kemampuannya berpikir, ketenangannya serta pandangannya yang jauh. Ia dapat memperlihatkan kecerdasannya serta kemampuannya berpikir cepat dan tepat dengan keteguhan hati terhadap setiap kata dan perbuatan. Ia telah menjadi sumber ilmu dan pengetahuan. Ia menjadi lambang kefasihan, yang menyebabkan para ahli dalam bidang itu harus takluk dan menundukkan kepala, mengakui kebesaran dan kedahsyatannya. Akhirnya ia melepaskan dunia fana ini dengan rela hati atas pekerjaannya, yang juga sudah mendapat kerelaan Allah dan kaum Muslimin pula.
Semua segi itu perlu sekali dijadikan bahan studi dan perlu mendapat pengamatan yang lebih teliti. Supaya semua segi itu dapat dilaksanakan dengan baik, tentu tidak dapat dilakukan oleh hanya seorang saja. Bahkan satu segi sajapun takkan dapat dicapai.
Sebagaimana terhadap sejarah hidup orang-orang besar umumnya, orang biasanya suka menambahkan hal-hal yang tidak semestinya, demikian juga terhadap sejarah hidup Muhammad s.a.w. –baik karena didorong oleh rasa cinta dan maksud baik, ataupun karena didorong oleh rasa dengki dan maksud jahat. Hanya bedanya dari biografi orang-orang besar itu ialah, bahwa di sini tidak sedikit yang disertai dengan wahyu Ilahi dan jaminan akan terpeliharanya Qur’an Suci, disamping tidak sedikit pula keterangan-keterangan dari mereka yang hafal Qur’an daripada ahli-ahli hadis yang dapat dipercaya. Atas landasan-landasan yang kuat itulah penulisan sejarah harus didasarkan, dan dari situ pula para sarjana harus mengambil sumber-sumber pemikiran dan penelitiannya. Kemudian lalu membuat suatu analisa yang benar-benar ilmiah sifatnya, dengan melihat suasana lingkungan dan milieu serta kepercayaan-kepercayaan, susunan masyarakat dan adat-istiadat dari segala seginya yang berbagai ragam itu.
nabi muhammad saw emasDalam hal ini Dr. Haekal telah menyelesaikan karyanya, Hayat Muhammad, tentang peri hidup Muhammad s.a.w. Dengan senang hati sekali saya telah membaca sebagian buku itu sebelum seluruhnya selesai dicetak. Di kalangan pembaca berbahasa Arab Dr. Haekal sudah cukup dikenal dengan karya-karyanya yang tidak sedikit jumlahnya, sehingga tidak perlu lagi rasanya diperkenalkan. Dia adalah seorang sarjana hukum dan ahli filsafat. Posisi dan sifat jabatannya memungkinkan dia mengadakan hubungan dengan kebudayaan lama dan kebudayaan modern. Dalam hal ini ia telah dapat melaksanakan tugas itu sebaik-baiknya. Ia sering bertukar pikiran dan berdiskusi mengenai masalah-masalah kepercayaan, pandangan hidup, mengenai kaidah-kaidah sosial, politik dan sebagainya. Dengan demikian ia berpikir lebih matang, pengalaman dan pengetahuannyapun makin luas, pandangannya juga cukup jauh pula. Ia dapat mempertahankan pendapatnya itu dengan logika dan argumentasi yang kuat , dengan gayanya yang khas dan sudah cukup dikenal.
Dengan intelegensia dan kemampuan semacam itulah Dr. Haekal menulis bukunya itu. Dalam kata pengantarnya ia menyebutkan:
“Sungguhpun begitu saya tidak beranggapan, bahwa saya sudah sampai ke tujuan terakhir dalam menyelidiki sejarah hidup Muhammad. Bahkan barangkali akan lebih tepat bila saya katakan, bahwa saya baru dalam taraf permulaan mengadakan penyelidikan dengan metoda ilmiah yang baru dalam bahasa Arab ini.
Mungkin pembaca akan terkejut bila saya katakan, bahwa antara dakwah Muhammad dengan metoda ilmiah modern mempunyai persamaan yang besar sekali. Metoda ilmiah ini ialah mengharuskan kita –apabila kita hendak mengadakan suatu penyelidikan– terlebih dulu kita membebaskan diri dari segala prasangka, pandangan hidup dan kepercayaan yang sudah ada pada diri kita, yang berhubungan dengan penyelidikan itu. Di situlah kita memulai dengan mengadakan observasi dan eksperimen, mengadakan perbandingan yang sistematis, kemudian baru dengan silogisma yang sudah didasarkan kepada premisa-premisa tadi. Apabila semua itu sudah dapat disimpulkan, maka kesimpulan demikian itu pun dengan sendirinya masih perlu dibahas dan diselidiki lagi. Tetapi bagaimanapun juga ini sudah merupakan suatu data ilmiah selama penyelidikan tersebut belum memperlihatkan kekeliruan. Metoda ilmiah demikian ini ialah yang terbaik yang pernah –dicapai umat manusia demi kemerdekaan berpikir. Metoda dan dasar-dasar dakwah demikian inilah yang menjadi pegangan Muhammad”.
Bahwa metoda demikian ini adalah metoda Qur’an, hal itu sudah tidak perlu diragukan lagi. Bagi Qur’an rasio harus menjadi juru penengah, sedang yang harus menjadi dasar ilmu ialah pembuktiannya. Qur’an mencela sikap meniru-niru buta dan mereka-reka yang hanya didasarkan pada prasangka. “Dan bahwa prasangka itu tidak berguna sedikit pun terhadap kebenaran”1 Mengkultuskan suatu kebiasaan, yang hanya karena dilakukan oleh nenek moyang, juga dicela. Qur’an mengharuskan orang berdakwah itu dengan pikiran yang bijaksana. Kekuatan mujizat Muhammad s.a.w. hanyalah dalam Qur’an, dan mujizat ini sungguh rasionil adanya.
Sajak Bushiri2 berikut ini memang indah sekali:
Tidak sampai kita dicoba Yang akan meletihkan akal karenanya Sebab sayangnya kepada kita Kita pun tak ragu, kita pun tak sangsi.
Kalau cara pembahasan demikian ini merupakan suatu cara yang baru, memang suatu hal yang tak dapat dielakkan. Dr. Haekal sudah bergaul dengan ulama dan sarjana-sarjana lain dalam hal ini. Dan memang ini pula cara Qur’an seperti sudah dikatakannya tadi. Dan memang itu pula yang pernah ditempuh sarjana-sarjana Islam dahulu. Coba kita lihat misalnya buku-buku ilmu kalam (teologi spekulatif); mereka menentukan, bahwa kewajiban kita pertama ialah mengenal Tuhan (ma’rifatullah). Yang lain berkata: Tidak. Yang pertama harus ditempuh ialah syak (skepsis). Lalu tak ada jalan lain untuk mencapai ma’rifat (connaissance) itu kecuali dengan pembuktian. Dan kalaupun itu dapat digolongkan ke dalam pengertian syllogisma namun premisa-premisanya harus sudah pasti dan dapat dirasakan, dan secara intuitif akhirnya dapat pula dipahami berdasarkan pengalaman yang sempurna dan dapat dipastikan sungguh-sungguh, seperti sudah biasa dikenal dalam logika. Setiap kesalahan yang dapat menyusup ke dalam premisa-premisa itu atau ke dalam bentuk penyusunannya, dapat merusak pembuktian tersebut.
Yang menempuh jalan demikian ini ialah Imam Ghazali. Dalam salah satu bukunya ia mengatakan, bahwa terlebih dulu ia membebaskan diri dari segala macam konsepsi. Kemudian baru ia berpikir dan menimbang kembali, menyusun kembali lalu membuat beberapa perbandingan. Dikemukakannya beberapa argumentasi, diujinya dan dianalisa. Dari semua itu kemudian ia memperoleh petunjuk, bahwa Islam dan tuntunan yang diberikan menurut konsepsi Islam adalah benar. Imam Ghazali melakukan ini guna menghindarkan hal-hal yang bersifat taklid. Ia ingin membina keimanannya itu atas dasar iman yang pasti, yang berlandaskan argumen dan pembuktian, yakni iman yang kebenarannya sudah menjadi pegangan kaum Muslimin tanpa ada khilafiah.
Juga dalam buku-buku ilmu kalam tidak sedikit kita jumpai kisah abstraksi (pembebasan diri dari segala kepercayaan dan konsepsi) yang sudah biasa dikenal dalam rukun iman itu, kemudian dibahas dan ditinjaunya kembali. Abstraksi adalah cara yang sudah lama ada, juga dengan cara-cara eksperimen dan penyelidikan sudah lama ada. Eksperimen dan penyelidikan yang sempurna ialah hasil daripada suatu observasi. Semua itu bagi kita bukan barang baru. Akan tetapi cara-cara lama ini, baik dalam teori maupun praktek, yang subur di Timur hanyalah cara-cara taklid dengan mengabaikan peranan rasio. Sesudah kemudian oleh orang Barat dikeluarkan kembali dalam bentuk yang lebih matang sehingga dapat dimanfaatkan –baik dalam teori ataupun praktek– kitapun lalu kembali mengambil dari sana. Demikian juga dalam ilmu pengetahuan kita menganggapnya sebagai sesuatu yang baru pula.
Ketentuan ilmiah dalam cara penyelidikan demikian ini sudah cukup dikenal, baik yang lama maupun yang modern. Untuk sekedar mengetahui memang mudah, tapi melaksanakannya itulah yang sulit. Orang tidak banyak berselisih pendapat mengenai pengetahuan tentang hukum, misalnya. Tetapi dalam melaksanakan ketentuan hukum itu, pendapat orang jauh sekali berbeda-beda.
Membebaskan diri dari konsepsi, observasi dan eksperimen, induksi dan deduksi, adalah kata-kata yang mudah. Akan tetapi bagi orang yang sudah begitu jauh hanyut dalam beban warisan yang sudah mendarah daging, dalam beban lingkungan, dalam rumah tangga, dalam desa, kota, negara atau dalam sekolah, tekanan-tekanan kepercayaan yang sudah ada, temperamen, kesehatan, penyakit serta segala macam nafsu, bagaimanakah akan dengan mudah melaksanakannya? Di sinilah terletak penyakit itu, dahulu dan sekarang. Itu pula sebab timbulnya bermacam-macam aliran dan berubah-ubahnya pendapat, berpindah-pindah dari daerah ke daerah lain, dari bangsa kepada bangsa lain. Seperti juga kaum wanita yang berganti mode, filsafat dan peradaban pun berganti corak, generasi demi generasi. Dan jarang sekali ada sesuatu yang tak lapuk di hujan tak lekang di panas. Bahkan perubahan itu berjalan sesuai dengan kaidah-kadiah ilmu pengetahuan yang sejak berabad-abad tidak pernah diragukan. Terhadap teori relativitas misalnya, para sarjanapun goyah dan cepat-cepat merombaknya. Pendapat-pendapat tentang patologi, tentang terapi, tentang gizi, semua ini masih dalam proses yang berubah-ubah. Demikian juga apabila kita perhatikan pelbagai macam produk otak manusia tidak pernah stabil sebelum disertai pembuktian dengan syarat-syarat yang cukup.
Akan tetapi apa artinya semua ini meskipun sudah dilengkapi dengan segala pembuktian, bila dibandingkan dengan yang lain, yang sudah penuh dengan segala macam prasangka dan angan-angan, yang sudah sarat oleh pikiran-pikiran yang sakit atau di bawah tekanan politik. Hal inilah yang diketengahkan oleh para ulama dan sarjana yang gemar mengadakan pertentangan dengan pihak lain, dengan melahirkan aliran-aliran dan pendapat-pendapat demikian itu! Kekacauan pikiran ini mungkin akan mengurangi semangat ulama atau sarjana-sarjana yang hanya mendewa-dewakan akal semata. Dan pada waktunya akan mengalihkan pandangan mereka kepada kebenaran dan keimanan, yakni wahyu yang sebenarnya, yaitu Qur’an Suci dan Sunah yang sahih.
Baiklah, sekarang kita kembali kepada Dr. Haekal dan bukunya ini.
Beberapa ahli ilmu kalam mengatakan, bahwa dengan memperhatikan astronomi dan anatomi jelas sekali menunjukkan sempurnanya kodrat Ilahi tentang susunan alam ini. Dan sayapun memperkuat pendapat ini, bahwa ilmu pengetahuan dan penemuan mengenai ketentuan-ketentuan serta segenap rahasia alam semesta inipun akan menjadi pendukung agama, akan memperdekat pikiran manusia menempuh jalan pengertian yang tadinya masih kabur, yang tadinya masih di luar jangkauan otaknya. Akhirnya akan dapat memahami, sejalan seperti yang difirmankan Tuhan: “Akan segera Kami perlihatkan bukti-bukti Kami dalam segenap penjuru alam dan dalam diri mereka sendiri, sehingga ternyata bagi mereka bahwa inilah Kebenaran itu. Belum cukupkah, bahwa Tuhanmu menjadi Saksi atas segalanya?3
Soal-soal elektro dan segala yang dihasilkannya seperti penemuan-penemuan lainnya, membantu otak kita memahami adanya perubahan benda kepada tenaga dan tenaga kepada benda. Demikian juga spiritualisma telah banyak menerangkan hal-hal yang tadinya masih dipersengketakan; ternyata ini membantu memahami adanya pembebasan ruh dan kemungkinan terpisahnya ruh itu serta memahami kecepatan yang dimiliki ruh itu menempuh jarak yang jauh. Dr. Haekal telah memanfaatkan hal ini dalam mengartikan kisah Isra dengan cara yang agak baru. Rasanya akan terlalu panjang saya bicara bila harus menguraikan faedah yang akan kita peroleh dari buku Dr. Haekal ini. Cukuplah kalau saya sebutkan secara keseluruhan saja. Orang akan melihat sendiri keindahannya, akan menikmati sendiri hasil pikirannya yang didasarkan kepada bahan-bahan yang otentik itu, didasarkan kepada pemikiran yang logis, yang didukung oleh bawaan sewajarnya. Orang akan melihat bahwa Dr. Haekal sungguh jujur dalam mencari kebenaran, keyakinan memenuhi kalbunya akan hidayah dan nur yang dibawa dalam wahyu Muhammad, akan keindahan, kebesaran, suri-teladan dan kemuliaan yang terdapat dalam biografi Nabi s.a.w. Ia sudah yakin seyakin-yakinnya, bahwa agama yang dibawa Muhammad inilah yang akan mengangkat umat manusia dari sarang kebalauan dan kebingungan, yang akan mengangkat mereka dari kegelapan materi, dan menyinari mata hati mereka dengan cahaya iman, mengantarkan mereka kepada Nur Ilahi. Mereka akan menyadari betapa luas rahmat Tuhan yang meliputi segalanya itu, betapa besar keagunganNya, seluruh langit dan bumi memuliakanNya dan segala yang ada memuliakanNya; betapa besar kekuasaanNya, segala yang ada menjadi kecil di hadapanNya.
Seperti dikatakannya: “Dengan melihat lebih jauh dari itu saya berpendapat, penyelidikan demikian sudah seharusnya akan mengantarkan umat manusia ke jalan peradaban yang selama ini dicarinya. Apabila pihak Nasrani di Barat merasa dirinya terlampau besar akan mendapatkan cahaya baru itu dari Islam dan dari Rasul, lalu menantikan cahaya itu akan datang dari teosofi India dan dari pelbagai macam aliran di Timur Jauh lainnya, maka orang-orang di Timurpun, baik umat Islam, Yahudi atau Kristen, layak sekali bertindak mengadakan penyelidikan berharga ini, dengan sikap yang bersih dan jujur, yakni satu-satunya cara yang akan mencapai kebenaran.
Cara pemikiran Islam yang pada dasarnya adalah pemikiran ilmiah menurut metoda modern dalam hubungan manusia dengan lingkungan hidup sekitarnya, yang dari segi ini realistik sekali, berubah menjadi pemikiran yang subyektif ketika masalahnya menjadi hubungan manusia dengan alam semesta dan Pencipta alam”.
Dan katanya lagi: “Akan tetapi adanya gejala-gejala akan lenyapnya paganisma yang sekarang menguasai dunia kita, mengemudikan kebudayaan yang berkuasa sekarang (the ruling culture), tampak jelas sekali bagi setiap orang yang mau mengikuti jalannya sejarah dan peristiwa-peristiwa dunia. Apabila secara khusus dipelajari sungguh-sungguh sejarah hidup Muhamnad itu sebagai Nabi serta ajaran-ajarannya, masanya serta revolusi rohani yang terbesar ke seluruh dunia, barangkali gejala-gejala ini akan makin jelas di depan mata dunia, bahwa masalah-masalah rohani ini timbul dari pengaruh sebagai peninggalannya.”
Dan keyakinan ini diperkuat oleh kenyataan, bahwa apa yang sekarang dapat dilihat dari perhatian pihak Barat terhadap penyelidikan peninggalan-peninggalan Timur serta perhatian para sarjana mengadakan studi tentang Islam dari segala seginya, tentang umat Islam masa kini dan masa lampau serta kesadaran sebahagian mereka terhadap diri Nabi s.a.w., ditambah pula oleh pengalaman yang memperkuat, bahwa kebenaran pasti akan menang, –semua itu menunjukkan bahwa Islam akan mengembangkan panjinya ke segenap penjuru dunia, dan orang yang kini sangat keras memusuhinya, dia juga nanti yang akan menjadi orang paling bersemangat membelanya, dan mereka yang tadinya masih asing itu akan menjadi kawan seperjuangan pula. Sebagaimana pada mulanya Islam mendapatkan pembelaan dari orang-orang asing (dari luar) lingkungan masyarakat tempat kelahirannya, juga akhirnya orang-orang asing (luar) dari bahasa dan tanah airnya itu yang akan membelanya. Islam telah dimulai secara asing dan akan kembali asing seperti pada mulanya. Maka bahagialah orang-orang yang asing itu!
Apabila Nabi s.a.w. adalah Nabi penutup dan takkan ada lagi di dunia ini seorang penunjuk dan pembimbing lain sesudah dia, dan agamanyapun agama yang sempurna sebagaimana ditegaskan oleh wahyu, maka tidak mungkin keadaannya akan berhenti sampai di situ saja seperti selama ini. Cahayanya pasti akan pudar oleh yang lain, sama halnya seperti bintang-bintang yang jadi pudar oleh sinar matahari.
Dr. Haekal yang merangkaikan peristiwa-peristiwa itu satu sama lain memang tepat sekali. Bukunya inipun ternyata disusun dalam komposisi dan gaya yang teratur dan kuat. Diterangkannya alasan-alasan, maksud dan pertimbangannya dengan keterangan yang jelas dan kuat sekali, membuat pembaca merasa puas dan lega, merasa ada gairah dalam membaca, merasa sejuk hatinya karena dapat diyakinkan. Ia akan terpengaruh, akan dipaksanya terus membaca dan takkan melepaskannya sebelum selesai.
Dalam buku ini terdapat beberapa penyelidikan berharga di luar penulisan biografi, tetapi yang ada hubungannya dengan soal itu yang terbawa oleh adanya penguraian lebih luas dalam memberikan keterangan itu.
Saya sudahi pengantar saya ini dengan ucapan Rasulullah –salam baginya dan bagi keluarganya yang suci serta sahabat-sahabatnya: “Aku berlindung kepada Nur WajahMu, yang telah menyinari kegelapan, dan karenanya membawakan kebaikan bagi dunia dan akhirat – daripada kemurkaanMu yang akan Kautimpakan kepadaku, atau kebencianMu yang akan Kauturunkan kepadaku. KeridaanMu juga yang kuminta. Tak ada suatu daya upaya kalau tidak dengan Allah.”
Syaikh Muhammad Mustafa al-Maraghi
(Rektor Magnificus Universitas Al-Azhar)
Tentang Pengarang: Muhammad Husain Haekal
SEJAK masa mudanya Haekal tidak pernah berhenti menulis; di samping masalah-masalah politik dan kritik sastra ia juga menulis beberapa biografi. Dari Kleopatra sampai kepada Mustafa Kamil di Timur, dari Shakespeare, Shelley, Anatole France, Taine sampai kepada Jean Jacques Rousseau dengan gaya yang khas dan sudah cukup dikenal. Setelah mencapai lebih setengah abad usianya, perhatiannya dicurahkan kepada masalah-masalah Islam. Ditulisnya bukunya yang kemudian sangat terkenal, Hayat Muhammad (Sejarah Hidup Muhammad) dan “Di Lembah Wahyu”. “Dua buku yang sungguh indah dan baru sekali dalam cara menulis sejarah hidup Muhammad, yang kemudian dilanjutkan dengan studi lain tentang Abu Bakr dan Umar. Suatu contoh bernilai, baik mengenai studinya atau cara penulisannya. Ini merupakan masa transisi dalam hidupnya”, demikian antara lain orang menulis tentang Haekal.
Pada mulanya Sejarah Hidup Muhammad ini telah menimbulkan reaksi hebat dan kritik tajam di kalangan bangsa Mesir dan dunia Islam umumnya. Tapi semua itu dihadapinya dengan tenang dan di mana perlu dijawabnya dengan penuh tanggung jawab dan rasional sekali.
Dilahirkan di desa Kafr Ghanam bilangan distrik Sinbillawain di propinsi Daqahlia, di delta Nil, Mesir, 20 Agustus 1888, Muhammad Husain Haekal, setelah selesai belajar mengaji Qur’an di madrasah desanya ia pindah ke Kairo guna memasuki sekolah dasar lalu sekolah menengah sampai tahun 1905. Kemudian meneruskan belajar hukum hingga mencapai lisensi dalam bidang hukum (1909). Selanjutnya ia meneruskan ke Fakultas Hukum di Universite de Paris di Perancis, lalu dilanjutkan pula sampai mencapai tingkat doktoral dalam ekonomi dan politik dan memperoleh Ph. D. dalam tahun 1912 dengan disertai La Dette Publique Egyptienne. Dalam tahun itu juga ia kembali ke Mesir dan bekerja sebagai pengacara di kota Mansura, kemudian di Kairo sampai tahun 1922.
Semasa masih mahasiswa sampai pada waktu menjalankan pekerjaannya sebagai pengacara, ia terus aktif menulis dalam harian-harian Al-Jarida yang dipimpin oleh Ahmad Lutfi as Sayyid, As-Sufur dan Al-Ahram. Umumnya ia menulis dalam masalah-masalah sosial dan politik, di samping juga memberikan kuliah dalam bidang ekonomi dan hukum perdata (1917-22). Tahun itu juga ia dipilih sebagai pemimpin redaksi harian As-Siasa sebagai organ resmi Partai Liberal. Dalam tahun 1926 mendirikan mingguan As-Siasa, yang dalam bidang kulturil besar sekali pengaruhnya ke seluruh negara-negara Arab. Ia aktif dalam bidang jurnalistik sampai tahun 1938.
Karya-karya Haekal menduduki tempat penting dalam perpustakaan-perpustakaan berbahasa Arab. Penulisan novel modern dimulai Haekal. Kemudian ia menulis serangkaian sejarah Islam dan biografi di samping masalah-masalah politik. Buku-bukunya dalam sejarah Islam merupakan sumber penting dalam studi keislaman.
Secara kronologis karya-karya Haekal adalah sebagai berikut: Zainab (novel), 1914, Jean Jacques Rousseau (dua jilid), 1921-23; Fi Auqat’l-Firaqh (“Diwaktu senggang”), 1925; “Asyarata Ayyam fis-Sudan” 1927; Tarajim Mishria wa Gharbia (“Biografi orang orang Mesir dan Barat”), 1929; Waladi (“Anakku”), 1931; Thaurat’l-Adab, 1933 ; Hayat Muhammad (“Sejarah Hidup Muhammad”), 1935; Fi Manzil’l-Wahy (“Di lembah Wahyu”), 1937; Asy-Shiddiq Abu Bakr, 1942; Al Faruq ‘Umar (“‘Umar ibn’l-Khattab”) (dua jilid). 1944-45; Mudhakkirat fis-Siasat’l-Mishria (“Memoir tentang Politik Mesir”) (dua jilid), 1951-53; Hakadha Khuliqat, 1955; Al-Imbraturia al-Islamia wal-Amakin al-Mugaddasa fisy-Syarq’ l-Aushat (“Commonwealth Islam dan tempat-tempat Suci di Timur Tengah”) (kumpulan studi), 1960; Asy-Syarq’ l-Jadid (kumpulan studi), 1963; ‘Uthman bin ‘Affan, 1964; Al-Iman, wal-Ma’rifa wal-Falsafa (“Tentang Iman, Ma’rifat dan Filsafat”) (kumpulan studi), 1965; Qisas Mishria (“Cerpen-cerpen Mesir”), 1969.
Novelnya Zainab, yang mengisahkan kehidupan petani Mesir, mula-mula ditulisnya semasa ia masih mahasiswa di Paris, dan pada hari-hari libur sebagian ditulisnya di London dan di Jenewa, Swis; telah dibuat film dan dalam festival film internasional di Jerman (1952) Die Liebesromanze der Zenab ini yang ditulisnya sebagai kenangan kepada tanah air dan masyarakat di kampungnya, dalam dua kali pertunjukkan telah mendapat sambutan yang luar biasa dan telah terpilih pula sebagai film yang paling berhasil, dilukiskan sebagai “Egyptische Welturauffuhrung in Berlin”.
Dalam tahun 1943 ia terpilih sebagai ketua Partai Liberal Konstitusi (Liberal Constitutional Party), yang dipegangnya sampai tahun 1952.
Tahun 1938 ia menjabat Menteri Negara, kemudian Menteri Pendidikan, lalu Menteri Sosial. Sesudah itu menjadi Menteri Pendidikan lagi dalam tahun 1940 dan 1944. Pada permulaan tahun 1945 ia terpilih sebagai ketua Majelis Senat sampai tahun 1950.
Berkali-kali mengetuai delegasi mewakili negaranya di PBB dan dalam konperensi-konperensi internasional, dalam Interparliamentary Union dan secara pribadi terpilih pula sebagai anggota panitia eksekutif lembaga tersebut.
Beberapa buku dan disertasi tentang sejarah hidup Dr. Haekal telah terbit, diantaranya: Beberapa studi tentang Dr. Haekal, oleh beberapa penulis (1958).
  • Mohammed Hussein Haekal, oleh Baber Johansen, sebuah thesis, Universitas Berlin, 1962.
  • Dr. Mohammad Hussein Haekal, oleh Taha Wadi’, thesis, Universitas Kairo (Fakultas Sastra), 1965.
  • Dr. Mohammed Hussein Haekal, oleh Charles Smith, sebuah thesis, Universitas Michigan, Amerika Serikat, 1968.
Dr. Haekal seorang pengarang yang produktif, baik dalam bidang sastra, kemasyarakatan, maupun politik, yang disiarkan selama ia aktif dalam jurnalistik. Banyak juga naskah-naskahnya yang belum disiarkan.
Kembali aktif menulis dalam harian-harian Al-Mishri, dan Al-Akhbar sejak 1953 hingga wafatnya.
Haekal meninggal pada 8 Desember 1956.
Pranala:

Muhammad Prophet for Our Time oleh Karen Amstrong

Muhammad Prophet for Our Time oleh Karen Amstrong

Muhammad Prophet for Our Time oleh Karen AmstrongKaren Armstrong adalah penulis yang telah menghasilkan karya-karya gemilang tentang berbagai tradisi agama. Dalam setiap tulisannya, dia menampakkan kepiawaiannya menampilkan kajian yang rumit menjadi bahasan yang memikat dan mudah dimengerti. Penulis yang bermukim di Inggris itu kini menampilkan biografi Nabi Muhammad, yang tentunya membawakan tafsiran yang baru dan mengejutkan yang selalu menjadi kekhasannya.

Muhammad Prophet for Our Time oleh Karen AmstrongBiografi Nabi Muhammad ini ditulis Karen pertama kali sebagai respons terhadap fatwa Ayatullah Khomeini terhadap Salman Rushdie. Hingga saat itu, kebanyakan literatur barat menggambarkan Muhammad entah sebagai orang suci yang sempurna atau sebagai penipu ulung. Armstrong berdiri di tengahnya : Muhammad ditampilkannya sebagai seorang luar biasa berbakat, pemberani, dan kompleks. Diperlihatkannya pula betapa karakter dan ide-ide Nabi demikian kuat untuk mengubah sejarah secara drastis dan menarik jutaan pengikut.
Dengan mahir Karen menjalinkan di dalam narasinya jejak-jejak awal sejarah panjang permusuhan Barat terhadap Islam. Ditulis dengan riset yang kuat dan berdasarkan sumber-sumber berimbang, penggambara Karen tentang Nabi dengan latar kehadirannya tentu dapat pula mencerahkan pembaca dengan pemahaman baru tentang kejadian-kejadian di kancah politik internasional.
Komentar Atas Buku “Muhammad Prophet for Our Time”
Karen Armstrong konsisten untuk mengajak orang Barat memahami Muhammad tanpa prasangka dan kebencian… Armstrong juga ingin menampilkan Muhammad sebagai sosok paradigmatik yang datang kepada ‘dunia yang penuh cacat’
- Jalaluddin Rakhmat
Karen menganalisis faktor-faktor teologis, sosial, ekonomi, militer, dan kultural yang membentuk sosok sang Nabi.”
- The Boston Globe
Pranala:

Riyadhus Solihin versi Indonesia karya Imam An Nawawi

Riyadhus Solihin versi Indonesia karya Imam An Nawawi

riyadhus-solihinKitab karya Imam Nawawi ini judulnya “Riyadhus Shalihin” (Taman Orang-orang Shalih). Kitab ini berisi kumpulan nash-nash Al-Qur’an dan Al-Hadits mengenai berbagai persoalan umat islam: Ikhlash, Taubat, Sabar, Al-Haq, Muraqabah, dsb.

Daftar Isi:
riyadhus-solihinBab 1 Keikhlasan Dan Menghadirkan Niat Dalam Segala Perbuatan, Ucapan Dan Keadaan Yang Nyata Dan Yang Samar
Bab 2 Taubat
Bab 3 Sabar
Bab 4 Kebenaran
Bab 5 Muroqobah (pengintaiannya)
Bab 6 Ketaqwaan
Bab 7 Yakin dan tawakkal
Bab 8 Bertindak lurus
Bab 9 Memikir-mikirkan Keagungan Makhluk-makhluk Allah Ta’ala Dan Rosaknya Dunia ……
Bab 10 Bersegera Kepada Kebaikan Dan Menganjurkan Kepada Orang Yang Menuju Kebaikan ….. sampai dengan ………..
Bab 372 Uraian Perihal Apa-apa Yang Disediakan Oleh Allah Ta’ala Untuk Kaum Mukminin Di Dalam Syurga
Petikan Bab 55a: “Kelebihan Zuhud”.
Dari segi istilah, zuhud bermaksud meninggalkan kesenangan dunia demi mengejar kesenangan akhirat.
Firman Allah:
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan dunia adalah seperti air hujan yang Kami turunkan dari langit lalu tumbuh subur spesis tumbuh-tumbuhan bumi dalam keadaan bercampur-aduk — dari jenis yang boleh dimakan oleh manusia dan haiwan. Sehingga apabila bumi itu sempurna keindahannya dan cantik terhias (dengan bunga-bungaan yang berwarna-warni) dan penduduk bumi mula menyangka bahawa mereka boleh menikmati hasil tanaman mereka, tiba-tiba datang perintah Kami samada pada waktu malam atau siang lalu turun bencana dan terhapuslah sawah ladang mereka seolah-olah ia tidak pernah wujud kelmarin. Demikianlah Kami jelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami bagi mereka yang mahu berfikir (dan mengambil iktibar bahawa nikmat dunia hanya sementara). [Yunus 24]
Firman Allah:
Ketahuilah bahawa hanya sa nya kehidupan dunia itu adalah merupakan permainan, keseronokan yang melalaikan, menunjuk-nunjukkan perhiasan, bermegah sesama sendiri dan berlumba-lumba memperbanyakkan harta dan zuriat — seumpama hujan yang membuatkan orang kafir (teruja dan) terpesona dengan tanam-tanaman mereka yang tumbuh subur menghijau kemudian (setelah ditimpa bencana) tanam-tanaman tersebut menjadi kering kuning dan hancur bersepai. Di akhirat nanti terdapat azab yang keras (untuk sebahagian manusia) dan keampunan serta keredhaan (untuk sebahagian lain). Dan kehidupan dunia itu tidak lain melainkan kesenangan sementara bagi mereka yang telah terpedaya. [Al-Hadid 20]
Firman Allah:
Takathur* telah melalaikan kamu. Sehinggalah kamu memasuki kubur. Jangan begitu. Kelak kamu akan ketahui (kesalahan kamu itu). Kelak kamu akan ketahui (kesalahan kamu itu). Jangan begitu. Alangkah baiknya kalau kamu mengetahui (apa yang bakal kamu tempuhi itu) dengan ilmu yakin. [Al-Takathur 1-5]
*Takathur = memperbanyakkan sesuatu seperti memperbanyakkan harta dsb.
Pranala:

Minggu, 14 Agustus 2011

Komik Dragon Ball



Komik Dragon Ball adalah sebuah manga dan anime Jepang yang dikarang oleh Akira Toriyama dari tahun1984 sampai 1995. Pembuatan komik Dragon Ball sendiri, terinspirasi dari cerita rakyat Cina, “Perjalanan ke Barat” yang sangat populer.
Komik Dragon Ball menceritakan tentang petualangan Son Goku mulai dari kecil hingga dewasa yang kerap barlatih ilmu beladiri dan berpetualang mencari 7 buah bola mistik yang dinamakan “Dragon Ball” yang jika terkumpul bisa menjelma naga yang bisa mengabulkan apa saja permintaan pemiliknya.
Komik Dragon Ball ini terdiri dari dari 42 seri, dan telah disesuaikan menjadi tiga anime series yang diproduksi oleh Toei Animation: Dragon Ball, Dragon Ball Z, dan Dragon Ball GT. Selain itu, Toei telah mengembangkan tujuh belas film animasi dan tiga televisi spesial.
Selain itu, beberapa perusahaan telah mengembangkan berbagai jenis merchandise dari komik Dragon Ball ini, seperti koleksi permainan kartu perdagangan, dan sejumlah besar video game.

Free Download Komik Dragon Ball:


Malas download / koneksi lambat? Pesan langsung ke: bacabuku2000@yahoo.com

Sabtu, 13 Agustus 2011

Komik Karya Teguh S.


 Darah Pendekar Teguh S ziddu

 Darah Pendekar Teguh S ziddu

 Dewi Surati Teguh S 4shared

 Jokotole Teguh S 4shared

 Pendekar Rajawali Sakti: Pengantin Berdarah Teguh S ziddu

 Pendekar Rajawali Sakti: Pengantin Berdarah Teguh S ziddu

 Pendekar Rajawali Sakti: Prahara Gadis Tumbal Teguh S ziddu